Thursday 21 May 2009

Kisah Mimpi Raja Saat Nabi Yusuf A.S. Dipenjara Isyarat Al-Qur’an, 2004 Puncak Kekurangan Pangan

Kebenaran Islam tidak dapat diukur dari penganutnya, sebab ada sabda Nabi Muhammad SAW yang menyatakan “Al-Islamu mahjubu bimuslim”, artinya: Kebenaran Islam terhalang oleh penganut Islam itu sendiri. Hal ini memang dapat dilihat dan dibuktikan dari banyaknya ungkapan orang-orang yang lari dari ajaran agama dan memilih dunia, gara-gara melihat kenyataan banyaknya tokoh-tokoh, cendikiawan dan aktivis Islam yang memakai atribut Islam, tetapi justeru telah membuat noda bagi Islam itu sendiri. Bagi umat yang berfikiran awam, justeru menjadikan ini tolak ukur kebenaran, sehingga muncul ungkapan, “haji, haji tapi korupsi juga”, atau ungkapan, “janggut bukan main panjangnya, jubah bukan main dalamnya, sorban sepuluh lilit tapi di otaknya duit dan duit” atau ungkapan-ungkapan lain yang bernada sisnis.

Kebenaran Islam yang hakiki dapat dirasakan, diterima, diakui dan dibuktikan, tanpa perlu diuji lagi hanyalah terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an. Berapa banyak profesor-profesor barat yang menjadi pemeluk Islam setelah meneliti dan mencoba menelaah isi kandungan Al-Qur’an. Dan alhamdulillah akhirnya Allah memberi mereka hidayah (petunjuk) karena mereka memang benar-benar mencari kebenaran. Dan kebenaran Islam memang kebenaran hakiki. Islam memang paling mulia dari agama yang lain, tidak bisa disamakan, tidak bisa dibanding-bandingkan, apalagi dibenci, seperti tuduhan dan sikap orang-orang yang benci tanpa mempelajari dulu sumber ajarannya.

Salah satu mukjizat al-Qur’an adalah, bahwa ayat-ayatnya berlaku untuk sepanjang zaman. Segala zaman memerlukan al-Qur’an, karena segala peristiwa ungkapan, sifat, sikap dan ulah manusia yang terjadi dan termaktub dalam al-Qur’an adalah semua peristiwa yang dapat ditemukan sehari-hari, dari zaman ke zaman.

Tulisan saya kali ini akan mengulas bagaimana Allah menyusun skenario Nabi Yusuf memegang urusan logistik di Mesir dan kaitannya dengan krisis ekonomi di Indonesia, serta bagaimana caranya bangsa ini keluar dari keterpurukan, dengan didahului latar belakang dan penyebabnya.

Firman Allah SWT QS. Yusuf (12): 45-49: “(45). Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua (pelayan eks. Narapidana) dan teringat (kepada Yusuf yang masih dipenjara) sesudah beberapa waktu lamanya. “Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) menta’birkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya)”. (46). (Setelah pelayan itu berjumpa Yusuf dia berseru): “Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh (bulir) gandum yang hijau dan (tujuh lainnya kering agar aku kembali kepada orang-orang itu agar mereka mengetahuinya”. (47). Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan”.(48) Kemudian setelah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapi (tahun) sulit, kecuali sedikit dari bibit yang kamu simpan. (49) Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya diberi hujan (dengan cukup) dan masa itu mereka memeras anggur.

Peningkatan Pembangunan Ekonomi 1990-1997
Bila kita lihat pertumbuhan ekonomi di negara kita antara tahun 1990-1997, kita akan melihat bahwa, pembangunan ekonomi kita memang pas dan pantas diumpamakan seperti sapi gemuk-gemuk atau seperti 7 bulir gandum hijau saking melimpahnya produksi beras saat itu.

Dalam Majalah Suara Muhammadiyah No. 23 Ed. 1-15 Desember 1997, Rudi Lengkong, seorang pengamat dalam wawancara tentang Perkembangan Eksport Handicraft Indonesia ke Manca Negara yang selalu berkembang (hlm. 10-11) mengatakan, setiap tahunnya jumlah nilai eksport tiap tahun rata-rata mencapai 3,5 USD. Dan sejak pertengahan tahun 1990 hingga saat ini (1997) mengalami kenaikan antara 10-15% /tahun. Negara kita, di masa-masa itu sedang menggalakkan program Swasembada Pangan di berbagai daerah.

Sedangkan pada tahun 1993, sebagaimana dilansir oleh Majalah Tempo Edisi 3 April 1993, ketika stok beras di Indonesia berlebih pemerintah sanggup mengeluarkan ratusan miliar rupiah untuk membeli gabah petani. Sehingga Badan Urusan Logistik Bulog kewalahan menampung hasil panen petani. Tahun 1991, tecatat 37.286 ton pembelian Bulog sementara produksi beras se Indonesia mencapai 1. 430.000 ton. Sedangkan pada tahun 1992, angka pembelian meningkat berkali-kali lipat menjadi 107.308 sementara produksi meningkat hampir dua kali lipat, 2,565 juta ton. Dan diproyeksikan pembelian Bulog untuk tahun 1993, mencapai 2 juta ton. Subhanallah.

Ekspor beras sampai April 1993 saja, masih menutur Tempo (3/4/93: hl.84) sudah dijanjikan kepada Bulog mencapai 200 ribu ton. Dari jumlah tersebut, 110-120 ribu ton sudah diekspor ke Afrika, Srilanka dan Eropa. Namun bila dipaksakan, harga yang diterima Bulog hanya Rp. 320/kg yang artinya Bulog rugi Rp. 280,-/kg. Bahkan, tahun-tahun selanjutnya, karena melimpahnya bahan pangan (beras) sampai Indonesia sanggup memberikan bantuan berupa beratus-ratus ton beras ke PBB .

Saran IMF
Firman Allah QS. 12, Yusuf: (47). Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan”.

Ayat ini berisikan saran-saran Nabi Yusuf kepada Raja Mesir agar menahan diri untuk tidak memanen semua produksi gandum di saat mana tanda-tanda kekurangan pangan (defisit) mulai tampak. Dan hal itu disinyalir melalui mimpi raja berupa 7 ekor sapi gemuk memakan 7 ekor sapi kurus; 7 bulir gandum subur dan 7 bulir gandum kering. Hal itu dilakukan guna menghadapi masa-masa paceklik di masa selanjutnya.

Pengertian ayat ini, sama halnya dengan yang dikemukakan, Al Chaidar dalam Reformasi Prematur, bahwa ketika defisit transaksi berjalan Indonesia mulai meningkat pada 1995, kita masih bisa menghibur diri dengan masih mengalir masuknya modal asing (capital inflow).

Disebutkan AlChaidar, pada September 1996 tatkala Direktur Eksekutif IMF, Michael Camdessius berkunjung ke Indonesia, defisit ini juga terus meningkat, meski krisis moneter belum sampai meledak. Camdessius pun menyarankan agar Indonesia pandai-pandai menahan selama mungkin modal jangka pendek (short term capital) yang mengalir masuk. Syaratnya, iklim investasi di Indonesia harus kondusif. Itu berarti segala distorsi dihilangkan dan segala diskriminasi usaha (monopoli, monopsoni, fasilitas khusus) dihapus (1999: 167).

Saran Camdessius itu bukan tak beralasan, terbukti bahwa jauh sebelumnya, bahkan tahun 1992, Indonesia sudah mengalami defisit meskipun produksi meningkat tajam. Bulog sendiri, mengalami defisit Rp. 69 M. (Tempo: 3/4/93: hlm. 84).

Kata-kata “membiarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan” sebagaimana disebut ayat di atas menunjukkan, perlunya mempersiapkan cadangan devisa jangka penjang pada masa-masa pertumbuhan Ekonomi kita sedang meningkat. Sedangkan pemenuhan kebutuhan jangka pendek hanya dipergunakan sedikit dari produksi yang ada.

Reformasi IMF, sebagaimana dikemukakan Al Chaidar (1999) diharapkan muncul pengharapan baru, agar iklim berusaha lebih menjadi lebih kondusif. Kalau persyaratan ini dipenuhi, maka modal asing akan mengalir masuk, entah yang berjangka pendek (portofolio) maupun jangka panjang (investasi langsung). Para pelaku ekonomi harus menunggu implementasi memorandum oleh pemerintah.

Karena itu tulisnya, para pelaku ekonomi berharap agar kali ini pemerintah tidak lagi menyia-nyiakan momentum memorandum. Jangan sampai terlepas lagi seperti hilangnya momentum letter of intent, oleh inkonsistensi kebijakan, misalnya soal pajal mobil nasional, keberadaan BPPC dan tata niaya kayu lapis.

Reformasi ekonomi ungkap Al-Chaidar lagi, dapat diibaratkan menanam sebagai menanam fondasi yang dapat menegakkan struktur unutk keperluan jangka panjang. Sementara untuk mengatasi masalah jangka pendeknya sebenarnya belum dapat ditanggulangi secara langsung dengan sekedar memorandum IMF.

Menurutnya, persoalan jang pendek pada dasarnya terletak pada dua hal. Pertama kelangkaan cadangan devisa yang terus tertekan. Kedua utang luar negeri yang jatuh tempo. Terhadap persoalan pertama, hanya ada satu solusi, yakni pencairan dana IMF dalam jumlah yang signifikan, dan dalam tempo yang cepat. Dana yang dibutuhkan ada pada IMF sekalipun sebahagian merupakan skema bantuan bilateral. Namun skema bilateral pun praktis menjadi multilateral dalam payung IMF, karena IMF beranggotakan 181 negara. Jadi, IMF kali ini memang pada posisi lender of the last resort, sebagai sumber pasokan devisa.

7 Tahun Krisis Ekonomi (1997-2004)

Tanggal 8 Juli 1997 merupakan awal dari krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Kurs Rupiah anjlok sampai Rp. 7.900 per Dolar AS. Inflasi tahun 1997 melesat 2 digit menjadi 11, 05 %…. Penting difahami tentang krisis moneter juga mewariskan sisa-sisa krisis fiskal pada awal 1980-an dan jauh lebih dahsyat dari anjloknya harga migas tahun 1980-an itu. Krisis moneter yang akhirnya menjadi krisis ekonomi ini diduga disebabkan ulah spekulan asing George Soros. Krisis ini terjadi juga dipicu dengan jatuh temponya hutang-hutang swasta jangka pendeek LN. Selanjutnya, 31 Oktober 1997 IMF mengumumkan paket bantuan keuangan senilai 23 M USD yang diberikan secara bertahap.

Dalam reformasi Prematur ditulis bahwa, seharusnya dunia melihat bahwa Indonesia mulai melakukan reformasi ekonomi pada November 1997, ketika Indonesia meminta pertolongen IMF dan IMF sepakat dengan pinjaman berikut segala persayaratan reformasinya. Tetapi kemudian diulur sampai pertengahan Januari 1998 yang lalu dikenal dengan reformasi ekomomi 50 pasal. Kesepakatan Final baru diumumkan 11 April 1998. Tak mengherankan bila ada pendapat bahwa tahun 1999, ekonomi Asia pulih kecuali Indonesia, bahkan untuk Thailand, Filiphina dan Malaysia tanpa meminta pertolongan IMF (AlCahidar: 1999 hl. 165).

Skenario ini hampir sama ketika, Nabi Yusuf AS menunda pemberian makanan kepada saudara-saudaranya yang datang dari luar negeri yang memohon makanan karena di daerahnya habis stok makanan. Lalu Yusuf mengajukan syarat agar membawa saudaranya yang bernama Benyamin kehadapannya. Lalu mereka meminta kepada Nabi Ya’Qub menolak mengizinkan Benyamin dibawa, sebab khawatir akan hilang seperti hilangnya Yusuf ketika masih kecil.

Kekurangan Pangan
Di bidang ekonomi, apa yang terjadi sejak tahun 1997 sampai penghujung 2003 ini tampak jelas bahwa, apa yang kita hasilkan sejak tahun 1990-1997 (7 tahun) tak berarti apa-apa, persis seperti “dimakan” oleh kesulitan (krisis) yang dialami 7 tahun berikutnya. Penulis meyakini bahwa, inilah yang disebutkan Allah, 7 sapi gemuk memakan sapi kurus lewat kisah Nabi Yusuf di atas. Beras yang kita eksport ke sejumlah di Afrika dan Eropa, juga ke Srilanka ditambah beras yang kita sumbangkan pada PBB masa-masa sepanjang 1990-1997, ternyata tidak lebih sedikit bila dibanding beras yang kita import dari negara-negara seperti Thailand, India dan Vietnam dan sebagainya sejak krisis ekonomi 1997. Di beberapa daerah di Indonesia yang dulunya menjadi daerah swasembada pangan bahkan sekarang ini menjadi daerah kering dan warganya kekurangan pangan.

Di Sumut Misalnya, daerah Deli Serdang yang dulunya termasuk terkenal sebagai daerah swasembada pangan berskala nasional, saat ini kekurangan pangan pada masa-masa tertentu, karena puluhan ribu sawah dan lahan pertanian terlantar. Hal ini dinilai, meskipun masih menghasilkan surplus Beras, produksi beras Deli Serdang dinilai tidak teralokasikan dengan baik akibat adanya permainan ekonomi dan kurang tanggapnya lembaga Badan ketahanan Pangan atau Dinas Pertanian dalam persoalan ini.

Akhir 2004, Keluar dari Krisis Ekonomi
Firman Allah QS Yusuf, (49) “Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya diberi hujan (dengan cukup) dan masa itu mereka memeras anggur” menyiratkan bahwa, setelah tujuh tahun masa krisis ekonomi berakhir (pertengahan 2004), akan datang tahun yang bercukupan pangan. Selain itu ayat ini juga menyiratkan bahwa akan banyak dibuka lapangan kerja pada tahun-tahun itu, sebagaimana pengertian al-‘Asr selain dapat diartikan memeras anggur dapat pula diartikan, bekerja keras.

Maha benar Allah yang telah mendudukkan Nabi Yusuf Alaihis Salam yang sangat bisa dipercaya lagi bijaksana sebagai pemegang lumbung pangan. Sementara. Dan Indonesia merindukan sosok seperti Yusuf AS, sehingga tidak terjadi lagi apa yang namanya Bologgate, tidak tampak lagi rakyat rame-rame memeras keringat, mengemis bahkan ada yang dianiaya, jadi pelacur ke negara tetangga dekat dan jauh demi sesuap nasi. Sehingga pada Oktober 2004 nanti, insya Allah ekonomi kita akan berangsur bisa pulih, meskipun perlu banyak yang harus kita korbankan untuk itu. Dan setelah kita mengetahui sebahagian rahasia-rahasia ilmu Allah dalam al-Qur’an ini, semoga kita mau kembali kepada al-Qur’an. Fa’tabiru ya ulil Albab.

No comments:

Post a Comment