Thursday 21 May 2009

Maulid Nabi

Oleh: Jufri Bulian Ababil, S.Sos.I

Memaknai Maulid Nabi SAW
Istilah Maulid merupakan istilah tidak dikenal di masa Nabi dan para sahabat, kemudian baru dikenal di masa khalifah Abbasiah. Namun, belakangan istilah kata Maulid terutama di Indonesia, digunakan justru khusus untuk Nabi Muhammad SAW. Sehingga istilah "Maulidan", atau peringatan Maulid hanya dikenal untuk Nabi Muhammad saja.

Maulid berarti masa lahir, merupakan bentukan kata nama menunjuk waktu (isim zaman) dari kata Walada., yuladu; yakni, istilah bagi waktu/ tanggal tertentu yang dijadikan momentum di mana seseorang terlahir. Maulid sepadan dengan kata Milad, Dies Natalis, Birthday dan lainnya yang sama-sama berarti hari kelahiran.

Di beberapa daerah, peringatan Maulid dilaksanakan dengan mengundang penceramah atau ustadz-ustadz, baik yang sudah kondang maupun yang kondang-kondang sedikit. Ada juga memperingati hari bersejarah ini dengan membuat pagelaran seni, pementasan dan lain-lainnya.

Dari tahun ketahun peringatan Maulid diadakan. Tetapi output dari peringatan itu sendiri sedikitpun tak kelihatan. Sebenarnya apa yang dinginkan atau yang menjadi sasaran dari peringatan maulid itu, juga belum jelas. Sepertinya, masing-masing tergantung niat. Sehingga, secara kolektif, belum ada visi atau pandangan agar peringatan ini diarahakan agar menjadi momentum melahirkan pemimpin Islam, selaku penerus perjuangan Muhammad sebagai Pemimpin Spiritual sekaligus pemimpin Politik umat Islam yang dianggap mampu membela kepentingan umat Islam, membela hak-hak umat Islam, bahkan sanggup menggerakkan kekuatan umat Islam untuk menghalau segala bentuk gangguan musuh-musuh Islam.

Sebenarnya, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1425 H ini merupakan momentum yang sering disalah artikan, sehingga makna peringatan Maulid hanya seremonial, tidak menyentuh hakikatnya, yakni mengenang kembali kilas balik perjuangan Nabi bersama pengikut-pengikutnya yang setia menegakkan Islam.

Kehilangan makna maulid dapat dilihat ketika peringatan itu hanya berubah menjadi kegatan seremonial, acara makan-makan, ngumpul-ngumpul atau upacara pawai yang tak jelas tujuannya. Ada yang minta berkah ke kuburan wali, ada pula yang minta berkah dari makanan.

Memaknai Maulid tidak saja berarti memberikan makna mengingat kembali kelahiran Nabi Muhammad SAW berikut sejarah perjuangannya sepanjang masa hidupnya. Sebab pemaknaan ini, terkesan hanya sekedar mengenang; seolah maulid adalah "monumental sejarah" yang pernah berdiri tegak di masa lalu. Oleh karenanya, maulid perlu dimaknai lebih dari itu, lebih dari sekedar kenangan, melainkan momentum sejarah yang menuntut sesuatu. Sebab saat ini Islam menuntut kelahiran pemimpin spiritual sekaligus pemimpin politik yang mengkuti manhaj RasulullahSAW.

Tuntutan sejarah ini dirasakan begitu mendesak ketika melihat kondisi umat Islam yang semakin tertindas. Umat Islam seolah 'seperti' terasing di "tanah air"nya sendiri, sehingga harus menuntut hak-haknya kepada orang lain, yang sebenarnya tidak mempunyai sedikitpun hak untuk memimpin negeri ini menurut pandangan Allah.

Firman Allah QS. 3: 144. "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul. Sungguh telah berlalu sebelum dia rasul-rasul. Apakah setelah dia meninggal dunia atau terbunuh kamu mundur ke belakang? Siapa yang berbalik ke belakang, maka dia tidak akan bisa mendatangkan bahaya kepada Allah; dan Allah pasti akan memberi ganjaran orang-orang yang bersyukur".

Memahami Spiritual dan Politik Islam
Spritual Islam adalah Jihad. Tanpa jihad Islam tidak akan pernah jaya dan akan terus terpuruk mejadi bulan-bulanan musuh-musuhnya, menjadi target operasi pembenci-pembencinya. Sebagai jiwa Islam jihad merupakan api revolusi yang menggelorakan perjuangan menegakkan panji-panji Islam menjadi sebuah kekuatan yang berdaulat sepenuhnya terhadap umat Islam, dan didukung oleh umat selainnya, sebagaimana terbentuknya negara Madinah di daerah Yasrib dahulu. Sehingga cahaya Islam bersinar seterang-terangnya, tidak hanya dirasakan masyarakat Islam melainkan seluruh penduduk negeri.

Minimnya informasi tentang penjelasan mengenai ayat-ayat tentang al-Qur'an membuat umat Islam tidak lagi faham kenderaan mereka ke syurga, sehingga pandangan yang terbentuk zaman sekarang ini adalah 'mencari pahala sebanyak-banyaknya'. Banyak-banyak mengamalkan yang sunat, yang wajib di atas wajib, di tinggalkan. Kata 'Jihad menegakkan Islam' atau 'mati sebagai syahid' menjadi kata asing dan terkesan menakutkan. Padahal sebenarnya, seorang yang mengaku Islam tidak akan masuk surga tanpa merasakan ujian jihad. Baik jihad terbesar (disebabkan sangat mendasar) melawan hawa nafsu, maupun jihad yang sebenarnya, perang melawan musuh Allah.

Firman Allah QS. 3: 142: "Apakah kau mengira kamu akan masuk surga sementara belum jelas kelihatan bagi Allah mana orang-orang yang berjihad di antaramu dan orang yang sabar?"
Namun, untuk melakukan jihad perlu hijrah. Tidak ada jalan lain yang menjembatani tugas suci Jihad selain dengan cara hijrah. Hijrah adalah manhaj satu-satunya dalam Islam.

Dalam sejarah hidup para Nabi dan rasul, hijrah dari penguasa jahat, keji, kejam dan beringas penghisap darah rakyat adalah kewajiban setiap muslim. Siapa yang tidak mau, tidak ada hak bagi Nabi dan Rasul untuk melindungi mereka. Hal demikian ini dicontohkan Nabi Musa, Nabi Ibrahim, Nabi Yakqub, Nabi Yunus, Nabi Isa, Nabi Luth, Nabi Hud, Nabi Yahya dan Nabi-Nabi lain yang sempat menjadi pelarian politik, menjadi buronan penguasa, dikejar-kejar mau dibunuh oleh antek-antek kerajaan di masa hidup mereka.

Jadi jelas, politik Islam adalah politik hijrah, bukan politik 'dagang sapi', politik penuh manuver, saling jewer, saling sikut, saling membuat pembusukan, siram menyiram, politik bagi-bagi kaos uang atau politik nasi bungkus. Politik Islam adalah politik bersatu, bukan politik berpecah belah; politik Islam saling mengisi dan saling menguatkan, bukan saling menjatuhkan dan mencuri 'suara dukungan'.

Tuntutan Sejarah
Sebagian umat Islam saat ini sudah mendapatkan jawaban kenapa umat Islam tertinggal di beberapa sisi. Diperoleh jawaban, salah satu penyebabnya adalah miskin ilmu. Secara lebih jelas dapat dikatakan, umat Islam tidak dididik menurut cara Islam, melainkan menurut cara-cara sekuler, kesukuan dan cara-cara lain yang sangat berpengaruh pada pola fikir dan emosinya dalam melihat Islam.

Kemiskinan umat pada ilmu ini, akhirnya cukup mempengaruhi perkembangan ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat. Secara jangka pendek mempengaruhi kualitas keimanan dan dalam jangka panjang mempengaruhi statistik pertumbuhan penganut Islam di Indonesia.

Selain itu, pengaruh dari luar Islam dengan berbagai kepentingan dan misi, akibat miskinnya ilmu ini juga sangat mempengaruhi pandangan umat Islam tidak saja tentang agamanya, tetapi lebih jauh juga mempengaruhi pandangannya tentang Tuhannya, Nabinya bahkan tentang dirinya sendiri.

Kondisi ini dimanfaatkan oleh pihak musuh untuk menghancurkan Islam dari luar dan dari dalam. Sebagian dimurtadkan, sebagian dijadikan alergi dengan Islam (Islamofobia), sebagian dilalaikan dengan kebebasan dan harta, sebagian dijadikan mandul dan pengecut karena takut kehilangan kekuasaan dan jabatan, sebagian dibuat larut dalam dosa, sementara yang lainnya 'tiba-tiba' menjadi penonton adegan kekerasan, ketidakadilan dan perlakuan zalim terhadap saudaranya seaqidah.

Mengapa umat Islam banyak Murtad, ditokoh-tokohi sama orientalis. Mengapa sejarah bisa diputar balik sementara Al-Qur'an berisi sejarah? Padahal, kehidupan Muhammad berisi sunnah perjuangan para Nabi sebelumnya juga adalah sejarah? Bukankah kelahiran Muhammad berisi sirah Nabawi adalah sejarah?

Oleh karena itu dapat dikatakan orang yang mengerti Sunnah Nabi, bukanlah orang yang secara basyariyah (sosok fisik), cara makan, berpakaian, tetapi lebih pada cara berjuang menegakkan kebenaran, cara mencapai tujuan dan kewajibannya sebagai makhluk Allah maupun selaku khalifah di Muka bumi.

Persoalannya adalah, miskinnya pengetahuan umat Islam tentang sejarah Islam banyak dipengaruhi penyelewengan sejarah di Indonesia tentang perjuangan Islam di pentas nasional, baik sejak zaman portugis, zaman belanda, zaman jepang merebut kemerdekaan di masa mempertahankan kemerdekaan, di masa orde lama, orde baru hingga sekarang.

Kelihatannya Islam tidak mempunyai sejarah tersendiri melainkan menjadi bagian dari sejarah kelompok nasionalis di dunia. Umat Islam belajar sejarah dari leteratur-literatur sejarah buatan mereka yang dikatakan ahli dalam sejarah. Sejarah yang menggembar-gemborkan sejarah eropa dan Yunani di masa lalu, tetapi mengubur dalam-dalam dan menutup-nutupi secara rapi sejarah Islam agar tidak diketahui secara benar oleh umat Islam. Padahal, sejarah yang sebenarnya mengatakan, awal abad ini sejarah menuntut kelahiran seorang pemimpin besar umat Islam yang dapat mempersatukan Islam lintas bangsa melawan konspirasi musuh-musuh Islam.

Akhir-akhir ini di Indonesia, tidak sedikit ahli agama yang bisa dijadikan panutan dalam kehidupan spritual, bisa menjadi tempat bertanya dan dimintai fatwa mengenai masalah fiqh dan muamalah, tetapi sayangnya tidak dapat diharapkan menjadi pemimpin politik yang dapat menggerakkan seluruh kekuatan umat Islam menjadi satu kekuatan saja. Sebagian karena memang tidak mengerti politik, sebagiannya pengecut menyuarakan kebenaran kepada penguasa, sementara sebagiannya lagi eeh malah emoh politik. Mereka malah lebih senang seperti 'tikus yang hidup aman di dalam gelapnya got (selokan)' ketimbang menjadi karang yang tegar diterjang badai.

Nah, ada juga sebagian pemimpin dari kalangan Islam yang mengerti politik, pakar soal strategi perencanaan dan analisis sosial, hafal peta politik, pandai managemen dan resolusi konflik; tetapi sayang, jiwanya kering dari zikir kepada Allah. Hatinya penuh dendam dan kedengkian, ambisinya mengalahkan jiwa besarnya, hawa nafsunya mengalahkan akal sehatnya. Al-Qur'an belum menjadi imamnya, Aqidah Islam belum menjadi idiloginya. Maka, tak sedikit di antara mereka akhirnya menjadi antek-antek Amerika, agen luar negeri, menjadi 'pencuri' juga setelah dapat kekuasaan.

Itulah sebabnya, masalah kemiskinan umat, kebodohan sebagian generasi muda, juga masalah pembantaian terhadap warga sipil yang kebetulan umat Islam belum pernah ada sikap tegas penyelesaiannya dan berlarut-larut.

Jelaslah. Sejarah sudah muak melihat sepakterjang politisi yang kering spritual dan penasehat spritual yang kurang makan asam garam 'dunia pergerakan'. Mereka sudah terlalu banyak dan menyempitkan ruang gerak dunia Islam.

Sejarah sedang menuntut kelahiran pemimpin yang menggelegarkan suara Takbir, Tahmid dan Tahlil di forum-forum politik, seperti pernah digelegarkan di negeri masa mengusir para penjajah 'kafir' dahulu. Pemimpin setangguh Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar, Fatahillah, Pangeran Diponegoro. Tetapi sejarah menipu umat Islam. Seolah 'negeri' ini dirampas dengan teriakan 'Merdeka' atau teriakan "Hidup Indonesia' dari pemimpin-pemimpin bangsa, bukan Allahu Akbar.

Mengenai benar tidaknya tuntutan akan kelahiran pemimpin politik sprituil Islam ini, mari kita persilahkan kepada 'guru' bernama 'Sejarah' akan menjawab semua kekacauan sosial, ketidakpastian hukum, 'bola liar politik' dan 'benang kusut' ekonomi di negara ini.

Firman Allah QS. 61: 6: "Dan ingatlah! Ketika Isa putera Maryam berkata: "Hai Bani Israil…Sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat (dan Zabur) dan memberi kabar gembira dengan kedatangan seorang Rasul yang akan datang sesudahku namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala datang Rasul itu kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata mereka berkata: "Ini adalah sishir yang nyata". Wallahu A'lam.

1 comment:

  1. Iron Man 3 - Terminator | titaniumart.com - TITanium.com
    Iron titanium car Man 3 - Terminator. $23.99. titanium hammer FOR SALE! In the Terminator comics, Iron titanium pipes Man and titanium sunglasses his company were titanium studs working together in the

    ReplyDelete