Thursday 21 May 2009

Mengertikah Kita Arti Bersatu?

Oleh : Jufri Ababil S.Sos.I

Bangsa Indonesia, adalah bangsa yang satu. Kita semua sama sepakati hal itu sejak 28 Oktober 1928, melalui Sumpah Pemuda. Umat Islam adalah Umat yang satu, mereka yang menganut agama Islam harus percaya itu, karena Al-Qur'an secara tegas mengatakan hal itu. Firman Allah QS. 2 (al-Baqarah): 213: "Manusia manusia itu satu ummat. Maka Allah mengutus Nabi-Nabi sebagai pemberi kabar gembira dan kabar takut; dan Allah menurunkan bersama para Nabi itu Kitab suci dengan konsep Kebenaran (hakikat), agar dijadikan hukum sesama manusia terhadap apa saja perselisihan yang ada tentang kitab suci itu. Dan tidak ada perselisihan tentangnya kecuali setelah mereka diberi Kitab suci dan telah muncul penjelasan kepada mereka, mereka pun saling dengki. Maka Allah menunjuki orang-orang yang beriman untuk yang mereka perselisihkan tentangnya dengan izin-Nya. Allah akan menunjuki siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus".

Nah, muncul sejumlah pertanyaan. Bila kita adalah satu bangsa, mengapa tingkat kemiskinan semakin meningkat? Kerusuhan bernuansa SARA dan konflik di beberapa daerah terus terjadi? Kenapa tawuran sesama pelajar, masyarakat terus terjadi? Mengapa konflik internal sesama teman sekantor, seinstansi seoraganisasi, satu partai tidak pernah selesai bahkan semakin tajam?

Demikian pula sebagai umat Islam, ummah wahidah. Bila kita mengaku sebagai ummat yang satu seperti yang diteriak-teriakkan para da'I, para Ustazd dan kaum Mu'allimin di mimbar-mimbar dan majelis majelis. Tetapi, kenapa tetap saja partai politik Islam lebih dari satu? Kenapa tidak ada persatuan para ustadz? Kenapa bila 5 orang ustadz bertemu membahas agama tidak pernah ada kesefahaman? Kenapa komponen sesama komponen umat Islam menuntut saudaranya? Kenapa ada parpol Islam menggugat parpol Islam lain? Dari banyak pertanyaan mengenai bangsa dan umat yang satu itu, muncul sebuah pertanyaan besar. Mengertikah kita arti bersatu?

Konsep Persatuan dan Prakteknya
Sila ketiga Pancasila adalah persatuan Indonesia yang sebenarnya diberi lambang rantai, jelas-jelas menyebutkan, persatuan merupakan salah satu dasar negara RI didirikan. Apa para elit politik sudah lupa? Dalam UUD Dasar 1945 baik yang belum diamandemen maupun yang sudah diamandemen, dari pembukaan sampai batang tubuh juga menggariskan alangkah mahalnya persatuan bangsa. Apa pakar hukum sudah lupa?

Dalam Islam, persatuan adalah bagian yang tak terpisahkan dari Kalimah Tauhid itu sendiri. Artinya, umat bertauhid adalah umat yang mengaku memiliki hukum yang satu (hukm ullah), atau tidak saja sekedar mengaku ber-Ilah yang satu (tauhid Ubudiyah/Uluhiyah) dan berwala'/berkepemimpinan dalam sebuah kedaulatan saja (Mulkiyah), melainkan juga harus mempraktekkan ummah wahidah dalam satu Tali Buhul Agama Allah.

Mempersatukan ummat adalah Tauhid. Sebaliknya memecah-belah ummat adalah Syirik. Mengajak bersatu memang sulit, apalagi di tengah-tengah kaum yang fanatik dengan golongannya. Padahal, orang-orang yang fanatik faham/golongan adalah ciri kaum yang musyrik, jahiliyah dan fasiq, munafik dan kafir. Firman Allah SWT QS. 30 (ar-Rum): 31-32: "Dengan kembali kepada ajaran fitrah (bertaubat kepada Allah), dan dirikanlah Sholat dan bayarlah zakat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mensekutukan Allah (musyrik). Yaitu, orang-orang yang memecah belah agama mereka lantas mereka menjadi berkelompok-kelompok, tiap-tiap golongan merasa bangga (hebat/lebih) dengan apa yang ada pada mereka".

Munculnya perpecahan berawal dari perbedaan faham, berbeda pandangan, berbeda fikiran, berbeda visi dan tujuan. Masing-masing perbedaan ini apabila dicampurkan dengan kesombongan dan kedengkian, ego dan merasa benar. Maka muncullah perselisihan. Sebenarnya perselisihan dapat dirembuk melalui memohon maaf dan menunjukkan iktikad baik memperbaiki. Tetapi, bila perselisihan justeru diisi dengan rasa gengsi dan sikap cuek menganggap "semuanya pasti beres" atau "entar lu ya?", maka tak bisa dihindarkan lagi, muncullah sikap permusuhan dan rasa dendam. Lambat laun konflik pasti terjadi. Konflik, bila tidak diredam dengan keadilan sikap orang yang mengangkat dirinya sebagai penengah, akan memunculkan konflik yang baru; dan akan semakin meluas bila terjadi saling bela dan dicampuri pihak-pihak lain yang memihak. Konflik akan memunculkan luka lama dan parah. Kelukaan sosial akan membunuh persatuan.

Konsep yang baru dikemukankan tadi tak ada apa-apanya, karena negara kita kalau soal membuat konsep termasuk paling jago. Sekali buat ketetapan MPR, ratusan miliyar Kas negara terkuras, sekali mengesahkan UU, puluhan milyar leong, sekali buat perda, ratusan juga lenyap, nyap nyap. Namun dalam prakteknya, hukum-hukum dan segala aturan yang telah dibuat seperti diakui banyak pihak, NOL besar lagi menyedihkan. Selain, penafsirannya beda-beda, banyak yang kontadiktif, setengah jadi, juga banyak yang tidak berpihak kepada rakyat kecil (malah berpihak ke kapitalis, borjuis dan menguntungkan koruptor dan pencuri berdasi).

Faktor Penghambat Persatuan
a. Pemimpin Jahat (Thagut).
Pemimpin Jahat merupakan tipe pemimpin yang memecah belah rakyatnya demi melanggengkan kekuasaannya. Pemimpin seperti ini, adalah faktor penghambat persatuan bangsa dan umat. Tak peduli harus dengan cara menindas, menangkapi aktifis, menculik/ membunuh lawan politiknya, melakukan politik belah bambu maupun mengkambinghitamkan suatu kelompok demi menaikkan pamornya. Pemimpin ini, tak akan dapat memperbaiki bangsa Indonesia dan umat Islam, karena selain merusak sumber daya manusia, pemimpin seperti ini juga merusak sumber daya alam seperti Fir'aun. Firman Allah QS. 28 al-Qashash: 24: "Sesungguhnya Fir'aun adalah (pemimpin yang) sewenang-wenang di muka bumi dan memecah belah rakyatnya dengan menindas sekelompok dari mereka (dan memanjakan sekelompok yang lain). Dia membunuh genesrasi-generasi (pemuda) mereka dan menghidupkan anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang membuat kerusakan".
b. Ulama Jahat/ Cendikiawan Sesat.
Ulama jahat atau cendikiawan sesat adalah orang-orang yang mengakui dirinya sebagi ulama atau dianggap cendikiawan oleh sebagian umat Islam. Tetapi sebenarnya, banyak ide-idenya yang menyimpang dari ajaran Tuhan. Namun anehnya, Rakyat yang memang banyak jadi korban pembodohan (baik melalui sistem maupun kurikulum pendidikannya) justru lebih mengikuti kata-kata ulama atau cendikiawan seperti ini ketimbang Tuhan. Haram kata Tuhan halal katanya (demi kepentingan uang, kekuasaan atau kepentingan gengsi). Haram kata Tuhan, malah ia ikut membubuhkan tanda tangan melegalisasi maksiat. Orang yang mengikuti mereka ini adalah orang Musyrik, karena mereka telah mempertuhankan manusia. Orang musrik tidak akan dapat bersatu, karena mereka akan lebih cenderung tunduk kepada tuhan masing masing. Firman Allah 9 (at-Taubah): 31: "Mereka menjadikan alim ulama (pendeta dsb) dan kaum tokoh spritual (seperti rahib, syaikh dsb) menjadi Tuhan (Rabb) selain Allah (mereka juga menjadikan) Isa putera Maryam (sebagai tuhan). Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali hanya mengabdikan diri kepada sembahan (Ilah: sasaran ketaatan) yang satu saja. Tidak ada Sembahan selain Dia. Maha Suci Dia dari apa-apa yang mereka sekutukan".

c. Sistem Jelek (Jahiliyah)
Bila sebotol minyak wangi atau permata dimasukkan ke dalam tong sampah. Pasti dipukulratakan sebutannya, sama-sama sampah, walaupun dari jenis berbeda tetapi dimasukkan pada wadah yang sama. Begitu pula, seorang mengaku muslim apabila lebih memilih tinggal di daerah kafir (darul bawar/Kuffar: sekuler, komunis, paganis) dan tidak mau pindah ke darul Islam (daerah/komunitas Islam) padahal dia mampu, maka dia termasuk golongan mereka. Firman Allah QS. 16 (an-Nahl):28: "Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang menukar nikmat Allah (Keimanan dan keislaman) dengan kekafiran dan menggiring bangsa mereka ke kampung (sistem) kebinasaan (darul bawar)?"

d. Fanatik Golongan/ Faham
Mereka, adalah orang-orang yang kaum konservatif tradisional yang masih mengikuti ajaran-ajaran nenek moyang, ajaran (isme-isme) tokoh "tempoe doeloe" yang bertentangan dengan Islam atau tidak ada dalam Islam. Mereka ini kaum yang tidak mengerti tentang adat dan budaya, tetapi sok beradat dan berbudaya. Kendati demikian, sebagian kaum Konservatif tradional yang lain yang tunduk kepada ajaran Islam tidak termasuk kategori ini. Pernyataan ini bukan berarti pembenaran terhadap kaum pembaharu. Justeru tidak sedikit kaum pembaharu yang dinilai "kurang tepat" mengartikulasikan konsep Islam dengan semangat modernismenya, sehingga sesat dan menyesatkan. Firman Allah QS. 2 (al-Baqarah): 170: "Apabila dikatakan kepada mereka, marilah kepada ajaran-ajaran (ayat) yang diturunkan Allah. Malah mereka mengatakan, "Kami hanya akan tetap mengikuti apa yang telah dipusakakan oleh nenek moyang kami", walaupun pun nenek moyang mereka itu tidak mengerti apa pun, dan tidak mendapat petunjuk".

Untuk Dapat Dimengerti…
Persatuan dimulai dari penyatuan fikiran, penyatuan visi, misi, saling berbesar hati dan terbuka menerima kelebihan orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri. Dan yang terpenting, untuk dapat bersatu, maka yang pertama dan yang paling utama dilakukan adalah mencari pengertian tentang bersatu itu sendiri. Tauhid pun seperti itu, untuk mewujudkan ummah wahidah, perlu kita mengerti dulu, ummat yang satu itu seperti apa? Untuk dapat dimengerti, berikut ini disebutkan tahapan menuju persatuan Umat Islam bangsa Indonesia, yakni:

1. Satu Pengertian
Untuk dapat bersatu, perlu ada satu pengetian, satu persepsi, satu penafsiran dan satu pemahaman bail tentang pokok-pokok isi kandungan al-Qur'an, satu pengertian siapa kawan dan dan Lawan dan satu pengertian pula tentang misi dan tujuan. Bila terdapat perbedaan jangan dipertajam. Bila ada persamaan teruslah dipupuk. Firman Allah: QS 3 (Ali Imran): 64: "Hai pakar konsep agama (ahli Kitab) marilah kepada satu Kalimah yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak akan mengabdikan diri selain hanya kepada Allah dan kita tidak menyaingiNya dengan sesuatu apapun; dan tidak akan memilih sesama kita sebagai tuhan-tuhan (Rabb) selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah: "Saksikan kamulah, sesungguhnya kamilah orang-orang yang menyerahkan diri (mencari jalan selamat)".

2. Satu hati
Tidak selamanya dalam menyelesaikan persoalan uang, logika pergerakan, pedang atau kekuasaan yang bicara. Tak jarang, perselisihan dapat terpecahkan melalui bicara hati ke hati. Sebab, bila hati telah menyatu, tidak ada akan lagi saling curiga. Salah sedikit, tak mengapa. Malah justru, lebih mempererat hubungan. Firman Allah: QS. 3 (Ali Imran) : 151: "Kami akan menyusupkan ke dalam hati orang-orang kafir itu rasa takut (cemas dan ragu), karena mereka telah mensekutukan Allah dengan sesuatu yang tidak punya kemampuan. Tempat mereka Jahannam, sebagai tempat paling buruk bagi orang-orang yang zalim"; QS. 3: 102: "Berpegang teguhlah kamu pada tali (ikatan) Allah (Islam) dan jangan berpecah-belah; dan ingatlah nikmat Allah kepada kamu di saat kamu dulu bermusuh-musuhan maka Allah menjinakkan hati kamu, sehingga jadilah kamu ummat yang bersaudara…"

3. Satu Barisan
Pemimpin Umat Islam (ulil Amri) adalah satu, dan wajib berbai'atnya dan haram durhaka kepadanya. Agar umat Islam dapat terkomandoi dalam satu ketaatan. Tanpa pemimpin Umat Islam akan lemah dan terpecah belah. Bila ulil Amri belum ada, maka wajib bagi umat Islam untuk tetap mencetak kader-kader umat sampai Allah mengkaruniakan kepada umat Islam pemimpin dari sisi-Nya. Secara Firman Allah QS. 61 (as-Shaff): 4: "Sesunguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalanNya dalam barisan ang kokon seolah-olah mereka itu bangunan yang teramat kokoh". Wallahu A'lam.

No comments:

Post a Comment