Thursday 21 May 2009

Pengembangan Makna Do’a dan Ibadah: Proyeksi dan Realisasi Aktivitas

Bila kita ditanya apa itu do’a, kita langsung berasumsi do’a itu sebuah “permohonan” atau permintaan kepada Allah SWT. Demikian pula ibadah. Kebanyakan kita mungkin menilai hanya sebatas “melaksanakan segala apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala apa yang dilarangnya”. Namun, sayangnya pengertian ini tidak diperdalam kepda hal-hal yang lebih konstruktif dalam menjalani kehidupan. Seolah-olah ajaran Islam dan konsepsi-konsep umum terpisah, baik sains dan teknologi maupun ilmu-ilmu sosial politik. Padahal, sebenarnya Islam tidak hanya sekedar menjiwai seluruh kehidupan, namun sekaligus merupakan konsepsi bagi semua realitas kehidupan.

Kehidupan selalu berubah. Perubahan yang ada, terjadi secara alamiah, sesuai law of nature (hukum alam) yang ditetapkan Allah. Sebagaimana Firman Allah dalam al-Qur’an: “Sesungguhnya Allah terhadap segala sesuatu Maha Menentukan Ukuran (Qodir)”.

Melalui hukum alam, Allah telah menentukan takdir, menetapkan kadar atau ukuran dengan menciptakan Waktu dan Massa. Sehingga benda-benda (materials) yang ada di alam ini dapat bereaksi dan berinteraksi satu sama lain. Misalnya, Allah menciptakan “kadar air” disusun dari 1 atom unsur Hidrogen dan 2 atom unsusr Oksigen.

Ketentuan ini tidak akan mengalami perubahan selamanya. Jangan coba-coba menambah atom hidrogen menjadi 2H atau mengurangi kadar Oksigen menjadi 1 atom O. Maka, dengan sendirinya akan terjadi reaksi, air tetap H2O sedangkan satu atom yang lainnya akan mengendap menjadi O aksen. Sedangkan setiap atom Hidrogen yang lain apabila berlebih dari ukurannya pasti akan mencari atom oksigen lain untuk mencukupi jumlah perbandingan 1: 2 (1 H: 2 O) yang menyusun anasir air.

Fenomena alamiah ini dijelaskan Allah dalam FirmanNya: “Dan kamu tidak akan mendapati perubahan dalam sunnatullah itu”.

Selain secara alamiyah, perubahan juga dapat dilakukan dengan rekayasa dan kreatifitas manusia. Karena manusia, dengan statusnya sebagai khalifah telah diberikan Allah “kemampuan ajaib” berupa akal dalam menciptakan perubahan-perubahan itu.

Perubahan tersebut hanya terjadi bila manusia telah merencanakan dan berupaya untuk melaksanakan (merealisasikan) rencana itu. Rekayasan dan kreatifitas ini dijamin Allah dalam firman-Nya (QS. A-Ra (13): “Sesungguhnya allah tidak akan merubah nasib suatu bangsa sebelum bangsa itu yang dalam diri mereka”.

Oleh karena itu, seseorang hanya akan dapat melakukan perubahan di luar dirinya ia mampu membuat perubahan di luar dirinya . Ringklasnya apa yang terjadi secara alami ada takdirnya, yaitu sunatullah. Namun apa yang terjadi dalam kehidupan manusia baik yang berhubungan dengan alam atau tidak, tergantung dari rencana manusia. Dua hal, yaitu proyeksi dan realisasi .


1. Doa merupakan proyeksi

Di atas tadi sempat disinggung tentang doa yang umumnya di sebut permohonan atau permintaan kepada Allah. Secara bahasa pengertian doa memang tak jauh berbeda dengan apa yang difahami kebanyakan kita. Dalam ilmu usul fiqh misalnya, doa didefinisikan sebagai “thalabul-fi’li minal adna ilal a’la” yang berarti menuntut berbuat dari yang lebih hina kepada yang lebih tinggi, merupakan kebalikan dari kata amr (perintah) yang didefinisikan sebagai “tuntutan perbuatan dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah.

Sekilas doa memang berarti permohonan kepada Allah tetapi, hakikatnya adalah memotivsi otak bawah sadar untuk memerintahkan organ utnuk menghimpun energi ke arah “sesuatu” yang menjadi permohonan, misalnya, saat menjelang tidur dalam keadaan sadar kita memproyeksikan bangun utunk sholat shubuh, insya Allah subuhnya otak kecil akan memerintahkan kita untuk bangun, demikian pula hal-hal yang lain. Kita minta mpun kepada Allah berarti kita memproyeksikan diri kita untuk belajar membenci dan menjauhi segala perbuatan yang dilarang Allah. Atau semisal contoh lain, kita berdo’a supaya kaya, berarti kita sedang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang milyoner.
Jelasnya, doa secara tidak langsung membuat perencanaan, memilih program, menentukan timing, motivasi, sugesti dan lebih jauh merupakan proyeksi aktivitas yang hendak dilakukan. Baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Sholat selain sarana komunikasi (munajat), stage line up (mi’raj), dan tawajjuh (koneksi) juga didefinikan dengan “doa”. Bila kita hendak memahami tentang hakikat Sholat ditinjau dari aspek “pembinaan diri”, maka sebenarnya dari pengertian do’a, sholat merupakan proyeksi seorang mukmin dalam mencapai tujuan jangka pendek, sedang dan jangka panjangnya. Dalam sholat, seorang mukmin melaporkan aktivitasnya pada masa-masa sebelumnya. Dan memproyeksikan hubungannya kepada Allah untuk masa-masa selanjutnya.

2. Ibadah Merupakan Realisasi Ajaran

Rasulullah Muhammad Saw bersabda “Addua-u Mukkhul ‘ibadah”. Artinya, “doa itu adalah otak ibadah” ada apa dengan otak? Tentu kita akan bertanya seperti itu. Kenapa tidak mata, kulit, tulang, jantung atau organ-organ lainnya. Kalau didalam matan (teks) hadist seperti itu, tentu akan ada apa-apanya.

Memang benar ada apa-apanya. Dalam tubuh manusia, otak terbagi menjadi dua bagian utama, otak besar dan otak kecil, disamping pembagian otak besar kepada otak kiri dan kanan. Sebagai organ yang terdiri dari pusat sistem saraf yang paling rumit yang menghubungkan fungsi dan kinerja organ-organ lain, otak merupakan penggerak atau organ yang memerintahkan organ-organ lain untuk merealisasikan apa yang telah diproyeksikan.

Demikian pula dengan ibadah kepada Allah. Ibadah merupakan realisasi ajaran. Sedangkan ajaran itu sendiri berisi atuaran atau peraturan. Peraturan itu berisi perintah dan larangan. Semakin banyak kita melihat, mendengar dan merasakan yang baik-baik, yang konstruktif, yang bermanfaat dan hal-hal positif lainnya, maka akan semakin banyak kita merekam hal-hal positif itu kedalam otak bawah sadar kita; dan semakin banyak pula hal positif yang dapat kita proyeksikan, bayangkan dan rencanakan. Nah, suatu saat, ketika ada stimulus ( rangsangan ) berupa informasi atau fenomena bernada atau bernuansa positif, maka kita akan bergerak untuk merealisasikan apa yang telah kita proyeksikan. Lebih jauh, kita akan berusaha untuk menciptakan keadaan yang kita proyeksikan. Inilah kerja agen-agen perubahan.

Sebaliknya, semakin banyak kita melihat, mendengar dan merasakan hal-hal negatif, tentu akan semakin besar pula pengaruhnya bagi kita diamasa-masa selanjutnya. Disinilah dituntut perlunya filter, counter atau memilah-milah mana yang harus kita simpan, mana yang harus kita hapus dari otak bawah sadar kita. Sehingga kertika ada stimulus yang memancing kita ke arah hal-hal yang demikian, kita tidak lagi akan tergerak untuk melakukannya.

Oleh karena itu seorang ‘Abid (hamba Allah) dituntut untuk mencari ilmu, membicarakan yang baik-baik, mendengarkan dan berprasangka yang baik-baik. Agar apa yang diproyeksikannya tidak melenceng dari ajaran Allah. Sebaliknya, kita juga diperintahkan untuk berdoa yang baik-baik, agar semakin banyak yang mengendap diotak bawah sadar kita hal-hal yang baik-baik, sehingga ketika ada kesempatan yang mendukung, aktivitas kita terarah kesana.
Semoga dengan memahami intisari pengertian doa dan ibadah kita dapat menjadi seorang perencana, programmer atau proyektor yang dapat menciptakan, paling tidak terlibat dalam perubahan dari hal skala kecil maupun skala paling besar didunia ini. Doa kita akan benar-benar sebuah proyeksi. Ibadah kita akan benar-benar sebuah aktivitas merealisasikan ajaran Allah.

No comments:

Post a Comment