Thursday 21 May 2009

Puasa dan Kesehatan

Sebagian di antara kita mungkin ada yang hafal tau paling tidak pernah membaca sebuah hadit Nabi SAW yang cukup singkat, namun punya nilai yang sangat besar bagi kehidupan; Bunyinya, "Shumu Tashihhu", berarti "Puasalah kamu, pasti kamu kan sehat".

Kebanyakan kita bukan pakar atau ahli bidang ilmu hadits, sehingga kita tidak tahu mata rantai sanad hadist ini dari nabi sampai periwayatnya. Bahkan, periwayatnya pun barangkali kita sudah lupa, Bukharikah? Imam Ahmadkah atau yang lainnya. Tetapi yang jelas, hadits itu sangat populer sehingga dalam makna bisa disebut hadits mutawatir lafzhi

Untuk tidak memperdebatkan lebih jauh mengenai apa teks asli hadits dan siapa perawinya dan dalam kitab apa, lebih baik kita buka hikmah yang ada dari hadits tersebut. Sebab, sebagaimana kita ketahui keluar dari perdebatan dan perbedaan dalam Islam lebih diutamakan dan dianjurkan.

Puasa (Shaum) selain memiliki berbagai keajaiban, keunggulan, keistemewaan juga mempunyai manfaat yang sangat banyak. Di antara manfaatnya, menumbuhkan rasa kebersamaan, melatih kesabaran, melatih kesadaran hukum dan meningkatkan partisipasi dalam kehidupan sosial. Selain manfaat-manfaat itu (mungkin tidak dijelaskan di tulisan ini), puasa juga mempunyai manfaat bagi kesehatan.

Tak berlebihan bila kebanyakan orang yang telah berumur di antara kita yang pernah mengalami berbagai hambatan kesehatan dalam menjalankan ibadah puasa setiap tahunnya. Mungkin karena sudah berkurangnya stamina dan daya tahan tubuh karena sudah semakin menuanya sel-sel tubuh, fungsi-fungsi organ serta melemahnya sistem kekebalan tubuh seiring dengan semakin bertambahnya usia.

Namun ada juga yang pernah mendengar pengalaman baik mengenai dampak positif berpuasa bagi kesehatan; apalagi pengalaman tersebut didukung dengan pernyataan dokter dan ahli kesehatan.

Puasa dan Tubuh Kita
Tubuh kita (manusia) terdiri terdiri dari beberapa sistem yang saling mendukung dan mempengaruhi satu sama lainnya, sehingga menjadi satu keutuhan yang utuh. Sistem itu antara lain, metabolisme, pengeluaran, pernafasan dan tranportasi (darah), syaraf, tulang dan sistem otot.

Pada saat metabolisme atau pencernaan kita bekerja mengolah makanan yang melibatkan mulut (gigi), kelenjar ludah, lambung, usus besar, usus dua belas jari dan usus halus sampai ke anus, sistem tubuh tidak maksimal dalam melakukan immunisasi dengan sistem kekebalan tubuh dengan kelenjar getah bening dan sel darah putih.

Bila dibandingkan pada saat berpuasa sistem, kekebalan tubuh relatif dapat bekerja lebih maksimal untuk menjalankan fungsinya melawan segala jenis penyakit, racun dan sisa-sisa endapan makanan yang dikonsumsi selama setahun ketimbang mereka yang tidak berpuasa.

Demikian pula hubungannya dengan sistem kerja syaraf yang sangat berkaitan dengan metabolisme. Tidak makan dan minum dapat lebih memperjernih kerja akal sehat sehingga bisa berfikir lebih jernih dan tenang, karena syaraf-syaraf rasa akan mengalami pengurangan kepekaan terhadap nafsu syahwat dan sifat-sifat kebinatangan lain ketika orang sedang berpuasa. Meskipun ini belum mendapat perhatian yang serius untuk diuji secara ilmiyah, namun diyakini sesuai menurut Ulama-ulama dan kaum sufi dahulu, induk segala dosa berada diperut atau terletak pada hawa nafsu makan dan minum.

Perut dan Neraka
Dalam suatu riwayat pernah diceritakan, bahwa ketika hawa nafsu diciptakan Allah, hawa nafsu sudah lebih cenderung mendurhakai Allah dan enggan mengakui Keagungan Allah. Sehingga Allah Murka kepadanya dan berfirman kepada Hawa nafsu akan menjatuhkannya hukuman yang amat berat. Tetapi bukannya takut, hawa nafsu malah menantang akan menjalani segala hukuman yang dijatuhkan. Segala bentuk siksaan dijatuhkan padanya, tetapi hawa nafsu belum juga menunjukkan tanda-tanda menyerah pada kehendak dan keinginan Tuhannya. Ia tetap enggan minta ampun. Mula-mula hawa nafsu dimasukkan ke neraka panas, selanjutnya neraka dingin yang sangat membekukan. Ia tetap bersikeras. Sampailah akhirnya Allah memasukkannya ke neraka lapar dan dahaga. Bukan main sakitnya rasa hawa nafsu ketika dimasukkan ke sana. Hawa nafsu tak dapat menahan lapar dan haus sehingga akhirnya ia minta ampun kepada Allah dan memohon agar dikeluarkan dari siksa NERAKA.

Jelasnya, perlu dijaga perut dari makan yang berlebihan, pembaziran, makan yang baik (bergizi) dan paling utama segi kehalalannya. Sebab, perut merupakan tempat kita memasukkan api neraka ke dalam tubuh kita, Sebagaimana Firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim, sesungguhnya tidak ada yang mereka konsumsi di dalam tubuh mereka selain api neraka…". (Ayat). Dengan demikian, kita terhindar dari penyakit yang aneh-aneh dan sangat menyiksa akibat dosa-dosa perut kita.

Puasa bagi Kesehatan
Kesehatan sangat mahal. Saking mahalnya tak dapat dibayar berapapun, tak dapat dipindahpindahkan kepada orang lain. Bahkan tidak sedikit beranggapan kesehatan adalah segala-galanya. Tidak ada artinya hidup bila tidak sehat atau sakit-sakitan, minimal berkuranglah nikmat hidup bila kesehatan jauh dari jiwa raga kita.

Kesehatan yang hendak diobati melalui berpuasa tidak saja kesehatan mental spritulal, bahkan juga kesehatan fisik dan kebugaran tubuh. Memang perlu diakui saat berpuasa, kita kadang terasa haus dan lapar. Apalagi cuaca panas, rasanya begitu lemas dan membuat kita lesu. Karena itu, perlu dibiasakan sehingga terbiasa.

Mereka yang terbiasa berpuasa, tentu mempunyai daya tahan tubuh yang lebih baik dari mereka yang kurang membiasakannya. Begitupula tingkat kesabaran dan kegigihan dalam mempertahankan atau memperjuangkan cita-cita dan keinginannya. Artinya, berpuasa selain dapat menyehatkan jiwa dari penyakit-penyakit sombong, mementingkan diri sendiri, dengki dan sebaginya juga mampu menyehatkan fisik, yakni membersihkan metabolisme, membersihkan racun dalam tubuh dan lainnya seperti dikemukakan di atas.

No comments:

Post a Comment