Thursday 9 July 2009

MATERI WORKSHOP PEMBUATAN FILM BAGI ANAK USIA 8-17 tahun (FFA 2009)

MATERI 1:
Cinematografi dan pengenalan Film fiksi dan dokumenter berbasis anak
Output: Anak dapat memahami film secara keseluruhan dengan bahasa yang mudah dimengerti baik dari segi alur (opening, isi dan ending) maupun dari segi isi (dari frame, section, segment, shoot, scene hingga menjadi film utuh)

MATERI 2:
Menonton, Membedah dan Membuat Film: Dari sebuah ide menjadi sebuah film
Outcome: Anak dapat menggali imajinasi dan inspirasi melalui sebuah film dan menuangkannya menjadi cerita. Cerita tersebut kemudian direkonstruksi dan direkam
Output: Anak dapat mencari ide, menemukan ide & bekerjasama untuk merobah idenya menjadi film

MATERI 3:
Mengenal Seluk-Beluk Manajemen Produksi Film dan Bagaimana Anak Berpartisipasi?
Outcome: Anak mengenal tahapan produksi (prepare, produksi, pasca produksi) pembagian tim produksi baik bagian tim produksi seperti manajer produksi dan kru-krunya maupun bagian tim kreatif seperti sutradara dan kru-krunya
Output: Anak dapat membentuk tim produksi sederhana & membuat film dengan tim produksi yang dibentuk

MATERI 4
Pengenalan alat, teknik pengambilan gambar/ perekaman suara dan pemilihan objek
Outcome: Anak dapat mengenal bagian-bagian penting camcorder, memahami objek, sudut (angle) dan teknik pengambilan gambar.
Output: Anak dapat mengoperasikan kamera sesuai dengan kebutuhan cerita dan pemahaman penonton baik menggunakan EMC (establish, medium, closeup dsb) maupun statis – dinamis (tilt, zoom dsb)

MATERI 5
Teknik Penulisan Naskah, Pembuatan storyboard dan Editing film.
Outcome: Anak dapat memahami jenis dan bagian-bagian storyboard dan kaitannya dengan editing serta proses mengedit film melalui Pinnacle dan Ulead.
Output: Anak dapat menyusun story board, anak mengoperasikan sofware film editing dasar (pinnecle, ulead)

MATERI 6
Properties, setting lokasi, lighting dan makeup
Outcome: Anak dapat memahami pembuatan sebuah set lokasi dan menggunakan properties film
Output: Anak dapat melakukan set lokasi yang sederhana sesuai kebutuhan naskah, dan makeup yang dapat memberikan efek visual (horor, tragis dan sebagainya)

MATERI 7
Teknik Casting dan Penyutradaraan
Outcome: Anak dapat memahami seni koreografi, teknik penghayatan dan pengarahan dalam film
Output: Anak dapat menghayati sebuah cerita, menggali talenta, melakonkan peran dan mengarahkan peran

Pembicara: Onny Kresnawan, Andi Galunk, Eric Murdianto, Rius Suhendra, Wendy
Fasilitator: Misran Lubis, Jufri Bulian Ababil

Perfilman Anak

Pemprovsu, PKPA dan Komunitas Film Sumut Gelar Workhop Pembuatan Film Karya Anak

• Direktur PKPA: Jangan Anggap Remeh Kemampuan Anak-anak

Medan, - (Siaran Pers)
Pemerintah provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) melalui Biro Pemberdayaan Perempuan (PP), Anak dan Keluarga Berencana (KB) Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara (Setdaprovsu) bekerjasama dengan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) dan Komunitas Film Sumatera Utara (Kensington Institute, SFD, MSM, IMMC) menggelar Workhsop Pembuatan Film Karya Anak di Aula Martabe kantor Gubernur Sumatera Utara, Jumat-Sabtu (3-4 Juli) akhir pekan lalu.

“Workshop ini merupakan rangkaian kegiatan Hari Anak Nasional HAN tahun 2009, sekaligus bagian dari Festival Film Anak (FFA) ke-2 tahun 2009,“ kata Kepala Biro (Karo) PP, Anak dan KB Dra. Hj. Vita Lestari Nasution M.Si kepada wartawan di Medan, Selasa (7/7) kemarin.
Vita menambahkan, Workshop yang dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu) Gatot Pujonugroho didampingi oleh Staf Ahli Kementerian Pemberdayaan Perempuan itu diikuti oleh 65 anak usia 6-17 tahun yang berasal dari Medan, Deli Serdang, Langkat, Tebing Tinggi dan Pematang Siantar dengan melibatkan orang tua dan guru sebagai pendamping.

“Sebagaimana tujuan kegiatannya, yakni memfasilitasi anak-anak untuk berkreasi dan membekali mereka dengan pengetahuan yang berguna untuk membentengi diri mereka dari dampak negatif dari tayangan-tayangan horor dan kekerasan. Selain itu, materi dan praktek pada workhsop yang kita laksanakan itu juga telah disesuaikan dengan kemampuan dan tingkat usia mereka,” jelasnya.

Dijelaskan, materi yang disampaikan dan praktek latihan yang dilaksanakan dalam workhsop selama 2 hari itu antara lain, dasar-dasar sinematografi, penggalian ide, menulis naskah, dasar-dasar casting, manajemen produksi, pencahayaan, make up, setting lokasi dan editing.
“Anak-anak dibekali dengan pengetahuan praktis yang mudah dicerna, karena telah dikemas dengan metode bermain. Fasilitas pendukung dan instrumen perfilman juga sudah disesuaikan dengan tingkat usia dan minat bakat mereka,” ujarnya.

Vita, mengutip arahaan Wagubsu saat pembukaan kemarin kembali menyampaikan, anak-anak Indonesia, khususnya Sumatera Utara harus dididik untuk sehat dan kuat, cerdas, kreatif dan berakhlaq mulia.

Melalui perfilman anak sebagai salah satu ruang kreatifas anak yang digagas pertama kali di tahun 2008 melalui pelaksanaan Festival Film Anak (FFA) 2008, diharapkan anak-anak dapat berpartisipasi, berekspresi, menyalurkan minat bakat dan mengisi hari-harinya dengan kegiatan yang bermanfaat dan berguna bagi masa depan mereka.

Kemampuan Anak
Direktur Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Ahmad Sofian, SH, MA mengatakan, sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pemenuhan hak-hak anak, dibutuhkan kesabaran para orang tua, guru, masyarakat dan negara dalam mengikuti proses tumbuh kembang anak, karena dunia anak-anak sangat kaya dengan misteri dan teka-teki yang tidak seluruhnya bisa dipecahkan dalam waktu singkat. Karenanya, jangan meremehkan memampuan anak-anak.
“Kadang kita panik melihat perobahan yang terjadi, seperti usaha kita mengumpulkan telur kupu-kupu, kita panik saat yang ditetaskan bukan kupu-kupu melainkan ulat, kita terkadang menunggu dengan sabar perobahan berikutnya, tetapi yang kita lihat malah menjadi kepompong,” kata Sofian.
Padahal, kata Sofian, bila dipahami seluruh rangkaian metamorfosis alamiah, maka kita tidak perlu menganggap remeh kemampuan anak, atau bahkan menjadikan mereka subordinasi dari kehidupan ini.
“Dibalik keluguan dan kepolosan anak-anak kita, tersimpan kemampuan yang luar biasa yang tidak bisa diukur secara matematis, tetapi hanya bisa diarahkan dengan cara memberikan bimbingan, ruang dan fasilitas selama proses perobahan yang terjadi hingga mereka dewasa. Untuk itu kita harus memberikan ruang bagi mereka untuk mengisi berbagai kemampuan yang bermanfaat,” terang Sofian.

Regenerasi Sineas
Kordinator sekolah film, model dan bisnis Kensington Institute (KI) Rius Suhendra sehubungan dengan keterlibatan komunitas film Sumatera Utara pada pelaksanaan workshop Pembuatan Film Karya Anak itu mengatakan, kerjasama ini merupakan salah satu bentuk usaha regenerasi sumber daya perfilman di Sumatera Utara sekaligus memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan berkumpul sebagai bagian dari hak mereka yang juga menjadi tanggung jawab masyarakat.

“Target berapa film yang akan jadi, bukan persoalan, yang penting bagaimana anak-anak dapat mengenal film sesuai dengan dunia mereka, dan dapat menggali ide,” kata Suhendra kepada wartawan di Medan, Selasa.

Membentuk sineas muda dan regenerasi SDM di industri film, sambungnya, memang menjadi salah satu tujuan komunitas film Sumatera Utara melaksanakan kegiatan seperti ini. Namun, lanjutnya, tujuan tersebut lebih bersifat jangka panjang.
“Saya kira dibutuhkan proses yang akan memakan waktu lama. Tetapi kita berharap dengan dukungan pemerintah Sumatera Utara dan PKPA, proses tersebut dapat berjalan lebih cepat dan terarah,” cetusnya.***