Tuesday 4 December 2007

Puisi-Puisi JUFRI BULIAN ABABIL (I)

BUKAN AKU

Jika aku berkata –kata lebih tiga patah
Maka aku akan bernyanyi atau berpuisi
Karena aku ini seorang pemimpi
Suka tenggelam selam sunyi

Aku bernyanyi lagu diam
Aku berpuisi syair bisu
Laguku galau bukan main
Syairku untuk kau bukan lain

Kau dengar laguku dalam bisu
Pun kau sentuh puisi dengan diam berjari
Dan kau berkata sepatah dua
Siapa menjelang

Siapa bermimpi
Siapa senyap
Siapa sunyi
Siapa hilang
Siapa tenggelam

Kemana?
Siapa di luar
Siapa rebut
Siapa bernyanyi
Siapa berpuisi
Kau?

Medan, 8 Juni ’97




API CINTA

Api cinta…
Itulah yang akan membakar diriku
Disebabkan oleh rasa bosanmu yang
Coba memadamkannya
Hatiku penuh lautan Api yang dirimu
Ku ajak berenang di situ
Tapi tenggelam hanya diriku

Kau beriku cahaya, berganti api
Entah mengapa
Yang kuharapkan cinta, yang lahir benci
Cahaya kebahagiaan mendadak sirna
Api itu begitu cepat menyala…..

Api Cinta kutukan telah ku akhiri
Neraka Cinta kecurigaan kau mulai
Aku hanya terbakar, menderu
Kian jadi debu….
Lalu lenyap diterpa bayu….




LAMUNAN


Hari sudah siang rupanya
Ke mana malam membalut sunyi?
Mengapa terlalu cepat pagi?
Aku benci diri sendiri
Aku ingin tidur
Di mana di sana ku bertemu kedamaian
Berkasih sayang dalam arena mimpi
Ku rebahkan wujudku
Tapi mata enggan terlena
Rupanya ia sedang hanyut dalam duka
Mendengar cerita hati yang luka
Air mata pun berlinang
Kuseka ia malu kurasa
Aku terbayang
Waktuku berdiri antara dua pintu
Dia enggan menatapku
Juga tersenyum terlalu berat untuknya
Kekasih sudilah senyum!
Ia hanya membisu
Sentata menatap lekat wujudku
Aku hilang ditelan kebimbangan
Adakah cerita yang tersisa di benakmu
Semoga ia tidak turut pudar
Sebagaimana cahaya cinta
Aku memang bodoh sebagai kata mereka
Tiada jemu ku berkata bahwa aku
Tidak peduli
Aku tetap mencintai dirimu
Sebagai wanita sebelummu
Juga sesudahmu

Rantau Prapat, 1995




AKU KEHILANGAN

Sekuntum bunga mekar abadi
Sekeping hati yang retak terbentur benci
Sederet kisah kasih kekasih hati
Seonggak rindu lama ku menunggu
Seuntai kebahagiaan derita kurasakan
Secerah harapan merana tiada pesan
Seberkas cahaya cinta bersinar bahagia
Sebait syair tentang kemesraan telah berakhir
Secupak air mata perpisahan indahnya pertemuan
Sebuah lukisan kau pergi dari ilusi
Seulas senyummu penyejuk hatiku
Setitik madu kasih racun yang kutemu
Seorang kekasih pujaan hatiku
Sepotong makna dari indahnya cinta
Sejambak cemburu kala kau sedang mengujiku
Segumpal semangat demi hidup bersamamu
Seluruh perhatianku tiada kau pedulikan
Segala keramahan kau beri keangkuhan
Setimbum impian yang hampir jadi kenyataan
Segunung rasa kau hilang tiada kepastiaan
Selaut kegembiraan disitu kita tenggelam
Setengah dari kehidupanku tanpa pusara aku tiada
Sebentuk pelangi kasih sayang tanpa warna
Segenap kesetiaan bertukar pengkhianatan
Seutas tali persahabatan dua tahun telah berlalu
Sebatang pohon budi yang tumbuh tak berbuah
Selembar surat darimu tinggal lembaran kelabu
Kau………

Pinang Lombang, 1995





MENANTI


Merajut bimbang
Merindu panjang
Merana menyayang

Aku sayangi kasih
Lari menjauh terurai benang
Kasih kupintal sepi lama

Bertabuh kata
Bermesra sukma
Bersih berbisa

Pesantren At-Thoyyibah Indonesia
(25 Agustus 95)




PADA SEBUAH HALAMAN

Tak lekang dari ingatan
Sentana merangkak zaman
Kendati kau berjauh hati
Kini

Asa penghapus galau
Benturi kenangan terhalau
Kala kita berlempar-lempar senyum
Ranum

Aku bayangi kisah
Pada sebuah halaman At-Thoyyibah
Semoga kasihku musnah

Kau kuburkan rindu
Cuka seutas kenangan berlalu
Mata tak kering selalu

20 September 1995
Kumpulan Puisi Dumu'ud Daqi'




AKU DI DALAM WAJAH
DAN
DI ANTARA WAJAH-MU


Katakan, apa aku m,asih dapat bersama-Mu
Suka dan duka, selalu bersama-Mu
Kumohon, jangan usir aku seperti kakek-nenek
Moyangku Adam dan Hawa dari taman kesenangan di bumi
Biarlah aku menjadi pembantu di rumah-Mu
Membersihkan Kursi-Mu dan memikul Arsy-Mu

Hai, Malik Ul-Mulk! Tengok aku yang terus menatap-Mu
Dan akan terus begitu selama Kau abadi
Kecuali mataku menjadi buta karena merasa melihat
Dengan penglihatan-Mu

Saat ku berfikir dan berzikir, Kau pun merambat
Di kisi-kisi ingatanku
Membasuh sejarah dari kepalsuan
Menentang wajah-Mu Yang Maha Indah

Aku buruk memang, tiada yang menarik didalam diriku
Kecuali fikiran yang Kau berikan sebagai gaji
Pengabdianku kepada-Mu
Untuk menghidupi agama-Mu
Dan Al Bagana Anakku

SUARA MUHAMMADIYAH, YOGYA, 1997