Thursday 21 May 2009

Ada Apa dengan “Thagut”?

Kesadaran untuk Mengenal Thagut

Kalau dilayar lebar, belum lama ini ada flim produk tanah air berjudul “Ada apa dengan Cinta?”. Mungkin sejuta kesan yang dapat dirasakan, tergantung orangnya. Boleh jadi ada yang menanggapi judul itu begitu romantis, ada pula yang menanggapi terlalu bikin penasaran, atau jangan-jangan ada yang sedikit sok tahu, sehingga mengatakan itu terlalu didramatisir. Toh, cinta tidak ada apanya, tidak ngapa-ngapain dan lain sebagainya. Nah,bagaimana kalau ada orangyang menyebut-nyebut kata “babi/”. Tentu, sangat berbalik jadinya.

Dibenak kita langsung sebagai persepsi, “Ada apa dengan babi”? Namun dinyakini, kesannya tentu tak jauh beda satu sama lain. Boleh jadi yang terlintas adalah kesan menjijikkan, jorok, binatang yang diharamkan Allah, atau boleh jadi kata yang umumnya diucapkan untuk mengekspresikan kebencian kepada orang lain. Biasa kata ini memang dipakai dalam mendahului kalimat makian. Demikian marahnya dan jijiknya orang bila mendengar kata itu, padahal beberapa ayat saja dalam al-Qur’an yang menyinggung kata “babi” di atas.

Lantas kenapa kita harus marah ? Tentu karena kita tidak mau disamakan dengan babi. Namun bila ada orang yang menyebut-nyebut kata Thagut, atau menggelari kita thagut, mungkuin kebanyakan kita malah merasa aneh, menyernyitkan kening mengangkat kedua bahu, menggeleng atau diam karena tidak tahu; atau malah terseyum seyum. Begitu asingnya kata thagut ini di tengah-tengah kita.

Padahal istilah yang satu akar dengan thagut ini justeru jauh lebih banyak disebut dalam al-qur’an. Puluhan ayat bahkan ratusan yang meyinggung tentang Thagut, baik ayat yang mengharamkan, ayat yang memerintahkan untuk membangkang dan menjauhinya, menjelaskan jauh lebih menjijikkan dan sebagainya.

Namun sayangnya karena, kita belum kenal apa itu thagut, yang smestinya dijauhi, e eeh, malah satu rumah malah satu tempat tidur dengan kita; yang semestinya diharamkan Allah, e eeh, malah kita kantongi dan kita bawa ke mana-mana.. Ini tak jauh beda ketika ada yang berteriak maling (pencuri!) semua orang yang mendengar langsung sontak, tak peduli pintu rumah apa sudah sempat dikunci atau belu. Tak peduli bawa apa di tangan, yang penting bisa jadi senjata. Karena tak tahu malingnya siapa, tau-tau malingnya justru ikut mencari maling yang diteriakin. Begitu pula misalnya ada tim pemberantas korupsi. Karena tidak tahu siapa yang korupsi, entah karena saking banyaknya, e eh, tau-tau koruptor-koruptornya ikut masuk dalam tim. Firman Allah: “Hanya saja Allah mengharamkan terhadap kamu bangkai dan daging babi serta binatang yang disembelih selain nama Allah…”, (QS. 2: 173).

Bentuk dan Karakter Taghut

Sebenarnya apa ya Thagut itu? Semestinya, sebagai orang yang mengaku Muslim tentu kita akan penasaran bila tidak menenal tahgut, karena siapa yang tidak mengenal thagut, dia tidak akan dapat beribadah atau menyembah kepada Allah sebagaimana mestinya. Jelasnya, Thagut adalah Rival (saingan) Allah dalam segala aspek kehidupan. Thagut itu sebenarnya berarti melampaui batas atau “kelewat batas”, melanggar garis, seperti menyelonongnya orang ke daerah terlarang, melanggar police line atau seperti berbuat di luar aturan main, anggaran dasar atau kesepakatan musayawarah.

Dalam al-Qur’an istilah Thagut ini digambarkan Allah dalam berbagai wujud. Adakalanya ia dapat berwujud karakter manusia. Firman Allah : “Ketahuilah bahwa sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas (yatgha)” (QS. Al-Alaq, 96:6). Dan pada kesempatan lain dia dapat berwujud benda mati, benda keramat dan benda-benda lain. Thagut di sini disebut berhala/patung. Di suatu tempat ia bisa berbentuk sosok pemimpin (raja) yang suka menindas, sewenang-wenang, perusak dan pemecah belah rakyat, seperti Firman Allah: “Pergilah kepada Fir’aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas (thagha)”. (QS. Thaha 20:24). Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di buminya, dan menjadikan rakyatnya terpecah belah. Ia menyembelih anak laki-laki dan menghidupkan anak perempuan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS.28:4).

Dan ditempat lain ia bisa pula berbentuk benda abstrak seperti kebiasaan, ajaran, hukum dan lambang partai atau negara yang bertentangan atau tidak dilandasi wahyu, dan sebagainya. Inilah disebut pemberhalaan. Firman Allah: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengklaim dirinya beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan apa yang diturunkan kepada sebelum kamu? Mereka menginginkan berhukum dengan Thagut, padahal mereka diperintahkan untuk membangkang kepada Thagut itu. Dan Syaitan menginginkan untu menyesatkan mereka sesesat-sesatnya”. (QS. 4:60).

Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap bangsa untuk menyerukan: “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thagut itu”. Maka di antara bangsa itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yangtelah pastui kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi ini dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul) (QS. 16: 36).

No comments:

Post a Comment