Thursday 21 May 2009

Mencintai Allah

Orang yang mencintai akan selalu membela kepentingan orang yang dicintai, ingat selalu kepada yang dicintai, senantiasa merindukan pertemuan yang indah dengan yang dicintai, memuja dan meninggikan yang dicintai dari selinnya. Ia juga akan sanggup berkorban demi yang dicintai, takut akan kemurkaan dan hilangnya perhatian dari yang dicintaio serta memberikan perhatian kepada yang dicintai. Demikianlah gambaran cinta dan segala keindahannya. Begitu juga yang dirasakan orang yang mencintai Allah.
Cinta tak mungkin tumbuh tanpa adanya pengenalan. Pengenalanpun hendaknya pengenalan yang baik sehingga menimbulkan kesan yang baik. Bagaimana mungkin akan datang rasa cinta kepada Allah, apabila seseorang tidak mengenal Allah dengan pengenalan yang semestinya, pengenalan kepada Allah tidak hanya sebatas “dongengan” atau “legenda” belaka. Semestinya pula mengenal allah tidak dari “kata sipulan dari si Fulan”. Karena Abu jahal pun bersumpah atas nama Allah. Abu thalib pun mngakui bahwa Allah memang ada dengan segala ke agungan-Nya. Para pendeta yahudi dan nasranipun tau bahwa Allah itu yang menciptakan alam semesta.
Bila pengenalan Allah dalam arti yang sesungguhnyadapat dirasakan oleh seorang hamba-Nya, maka barulah ia kan dapat merasakan kecintaan kepada Allah dengan tulus dan hakiki. Adapun tanda-tanda ketulusan dan kehakikian cinta kepada Allah itu dapat dilihat dari dua hal yaitu :
1. Mengikut dan Mematuhi Rasul

Mengikuti rasul berarti manjadi rasul sebagai hakim dna menjadikan risalah yang dibawah rasul sebagai hukum dalam menyelesaikan segala permasalahan baik permasalahan kecil antar individu maupun permasalahan besar antar kelompojk bahkan antar negara.
Kebenaran dan ketulusan cinta kepada Allah dapat dibuktikan dari mengikuti Rasul. Sebaliknya bila rasul tidak diajadikan teladan dalam melaksanakan seluruh aktivitas kehidupan, berarti cinta kepada Allah hanya cinta yang palsu.
Adapun orang-orang yang durhaka, bukanlah saja orang yang tidak percaya akan adanya Allah atau tidak melegitimasi Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasul Allah; namun termasuk juga menolak isi sebahagian kandungan al-Qur’an atau juga merasa berat untuk mnjadikan al-Qur’an sebagai hukum juga merupakan bentuk kekufuran yang sebenarnya. Firman Allah : “Maka demi tuhanmu , mereka (pada hakikatnya) tidak beriman sampai mereka menjadikan kamu sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudioan mereka tidak merasa dalam hati mereka suatu keberatan terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya (QS. 4 :65).”…..Apakah kamu beriman dengan sebagian isi al-kitab (al-Qur’an) dan kafir sebahagian yang lain?tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikan dari padamu kecuali kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat nanti mereka dikembalikan kepada siksa yang pedih…”(QS.2:85) dan “dan ikutilah apa yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( QS. 33: 2)

2. Berjihad dengan diri dan Hara di jalan allah
Orang sering salah mengartikan jihad . jihad sering di artikan secara sempit atau hanya secara bahasa saja , yaitu; sungguh atau berperang “ . memang ini pengertian jihad tapi belum meyentuh pada penyesuaian pada diri mukmin sejadi pada tujuan “allah huakbar “ jadi sebenarnya,jihad itu mengandung pengertian berjuang , karena dalam perjuaqngasn sudah tercakup di dalamnya kesuungguhan keseriusan dan tercakup pula di dalam penertian perang .bila seorang ibu melahirkan anaknya termasuk jihad , juga dapat di terjemahkan bahwa ia sedang berjuang menyelamatkan banyinya di satu sisi dan berjuang untuk bertahan agar dapat hidup di sisi lain . seorang yang menuntut ilmu di katakan berjihad . karena di dalam belajar seorang se4dang berjuang melwan kebodohan . memerangi nafsu bahwa nafkah kepada keluarga dan sebagainya juga dalam kategori jihad . yang kesemuanya menunjukan adnya perjuangan suci di dalamnya .
Setaip cinta memerlukan pengorbanan hal ini tak ada bedanya dengan kalimat setiap perjuang butuh pengorbanan . karena tak mungkin orang berjuang tanpa di dasari cinta dan kenyakinan. Dan cinta berisi keyakinan .
Kesediaan berkorban adalah bukti kecintaan , di katakan berkorban bila berkorban bukan yang di cintai .misalnya Qobil bin adam tak di anggapallah berkorbankarena yang ia korbankan kepda allah bukanlahsuatu yang ia cintai . hasil gembala yang bagus ia ambil untuk dirinya , sementara yang tak bagus ia korbankan kepada allah . seandainya ada orang lain yang memberikan seperti yang ia korbankan itu kepadanya , ia sendiripun mengumpat karenanya.
Zaman sekarangpun banyak orang-orang yang kaya yang menyumbang dengan mengharap yang lebih baik. Tetapi seandainya sejumlah yang ia sumbangkan itu disumbangkan kepadanya, mungkin barangkali ia malah merasa diejek karena jumlahnya yang memalukan baginya. Mungkin barangkali pula, ia menganggap nilai inglklash itu tidak terletak di jumlah, tapi di hati. Padahal okhlash itu lebih luas maksudnya.

Orang-orang Jahiliyah di masa sebelum kedatangan Rasulullah sanggup mengorbankan anak laki-lakinya kepada berhala-berhala yang dibuat oleh tokoh-tokoh yang dihormati pada beberapa generasi sebelum mereka. Di zaman sekarang, orang-orang juga sanggup mengorbankan diri dan harta demipartai, organisasi dan keolmpok yang didirikan oleh tokoh-tokoh terkemuka di zaman ini.

Begitu juga para orang tua yang rela mngorbankan waktu yang sherusnya di rumah dan mendidik anak-anaknya karena kepentingan karir dan pekerjaan. Kesemua ini merupakan bahwa “Cinta itu mengorbankan sesuatu yang dicintai”.

Allah SWT juga membenarkan adanya kecendreungan manusia untuk mencintai kesengan hidup di dunia dan segala keindahan perhiasan dan tetek-bengeknya. Sebagaimana dijelaskan secara gamlang oleh Allah: “Dan sesunggihnya ia (manusia) amat bakhil karena cintanya kepada harta”, (QS. 100:8); “Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan” (QS. 89:20); “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak laki-laki, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda-kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan disisi Allahlah tempat kembali yang lebih baik” (QS. 3:14).

Dalam hal ini manusia selalu terjebak kepada situasi yang dilematis. Artinya di satu sisi manusia memang tidak ada pilihan, bahwa harus ada yang dikorbankan untuk dua hal yang dicintai. Namun di sisi lain manusia itu juga dituntut harus menetukan sikap ketika cinta menuntunya harus memilih. Dalam menghadapi situasi yang seprti ini hanya da 3 sikap manusia dalam mengambil keputusan dan pilihan, yaitu:

1. Memilih Allah.
Mereka yang memilih Allah, Rasulnya dan berjihad di jalannya akan dibalas cintanya dan diampuni dosa-dosanya oleh Allah. FirmanNya: “Jika kamu-benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan (balas) mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosa kamu” (QS. 3:31).

2. Memilih Selain Allah.
Mereka, orang-orang yang memilih selain Allah misalnya: harta anak, bisnis dan sebgainya yang dalam al-Qur’an disebutkan delapan kepentingan, kesemuanya bernilai 0, dan kecintaan kepada Allah bernilai 1. Apabila kecintaan kepda Allah lebih didahulukan, maka nilainya akan berlipat ganda menjadi 1.00.000.000. Namun sebaliknya, bila kedelapan hal tersebut yang ternyata lebih didahulukan maka nilainya akan sangat tidak memadai yakni hanya bernilai 000000001. Dalam hal ini Allah memberikan wanti-wanti dengan memberikan catatan: ‘ntar lu. Tunggulah, waktunya akan tiba. FirmanNya: “Katakanlah: “Jika bapa-bapamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kamu kerabatmu, harta perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan RasulNya serta berjihad di jalanNya; maka tunggulah sampai Allah akan mendatangkan keputusanNya” (QS.9:24).

3. Memilih kedua-duanya.
Ada juga orang yang tidak dapat mengorbankan kedua kepentingan itu meskipun terkadang keduanya selalu bertentangan. Kadar kecintaan mereka sama dengan kecintaan mereka kepada Allah. Mereka ini dipandang sebagai orang-orang yang memprihatinkan, membikin kesal. Sebab jangankan mendua hati kepada Allah, mendua hati kepada makhluk saja akan dapat menimbulkan kecemburuan.Padahal dalam sebuah hadits Qudsi, diriwayatkan bahwa, Allah amat pecemburu. Dia tidak ingin disamakan dengan maskhluk. Dia ingin dicintai spenuhnya, bukan setengah-setengah. Dia dan ajaran-ajaranNya harus lebih diagungkan dari ajaran-ajaran dan agama-agama yang lain. FirmanNya: “Dan di antara manusia itu ada orang-orang yang mengabdi (beribadah/menyembah) tandingan-tangdingan (saingan/rival) selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana merka mencintai Allah. Adapun orang-oarng yang beriman amat bersangatan cintanya kepda Allah. Dan jika seandainya orang-oarang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa, bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksanya (tentulah mereka akan menyesal)” (QS. 2:165).

No comments:

Post a Comment