Thursday 21 May 2009

Perumpamaan Sebuah Kebenaran

1. Mengapa harus Nyamuk?

Kalau di televisi mapun di VCD barangkali kerap sudah disaksikan bangaimana artis anak-anak (kanak-kanak) melantunkan lagu yang pernah hit didunia musik (muzik) anak-anak berjudul, “Nyamuk-Nyamuk Nakal” atau lagu yang mengandung lirik tentang nyamuk lainnya. Kenapa harus nyamuk? Sementara masih banyak makhluk yang nakal melebihi nyamuk ? Cecak misalnya, atau mungkin yang lain. Tapi itulah yang namanya pengibaratan. Contohnya bisa apa saja, tapi kenyataannya tetap menunjukan sebuah kebenaran. Bagi mereka yang suka berspekulasi, pengibaratan sering menjadi buah ejekan, bahkan dapat pula berakibat kesalahfahaman.

Namun bagi manusia yang berbudi pekerti mulia, tamsilan merupakan lambang tingginya budi dan dalamnya kebijaksanaan.

Firman Allah : “Seungguhnya Allah tiada segan-segan untuk membuat perumpamaan nyamuk atau lebih sederhana dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka merak pasti mengetahui bahwa yang Haq itu berasal dari Sang Pendidik mereka”, sedangkan orang-orang yang kafir maka mereka akan mengatakan, Apa maunya Allah membuat perumpamaan seperti ini?”. Allah menyesatkan banyak orang dengan perumpamaan itu dan banyak pula memberi petunjuk dengan perumpamaan itu, dan tidak disesatkan dengan perumpamaan itu kecuali orang-orang yang fasiq. Yaitu orang-orang yang memutuskan komitmen mereka setelah komitmen itu teguh dan mereka memutuskan apa saja yang diperintahkan Allah untuk disambungkan (dihubungkan) dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi (QS. Al-Baqarah (2): 26-27).


Kenapa Harus daerah Pertokoan Non Pribumi?

Istilah tetaplah istilah. Tetapi bukanlah , sekedar istilah bila ada yang mengatakan kalau petugas entah itu petugas kebersihan atau petugas yang lain batuk atau mendehem di depan sebuah toko cina. Tauke, “Eng Ko-‘Eng Konya, Ah Pek-Ah Peknya pasti tahu apa yang diinginkan petugas itu. Tetapi bila ada petugas yang melakukan penertiban kepada pedagang musiman, abang becak, dan sebagainya di tempat-tempat yang dilarang semisal Taman Makam Pahlawan dan sebagainya, tentu petugas sangat kewalahan.

Nah, oleh karena itu, tak perlu dipertanyakan, kenapa saat pemilihan lurah dan kelurahan terbaik dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) kota Medan kemarin, kelurahan yang dihuni mayoritas etnis Tiong Hoa (chinese) terpilih sebagai kelurahan terbaik, terbersih dan ter-ter lainnya. Dan wajar-wajar bila ada yang menganggap tak ada istimewanya bila kelurahan anu dengan lurah bapak Fulan sebagai kelurahan dan lurah terbaik, jadi sebenarnya yang tebaik itu siapa?

Bayangkan bila lurah yang memimpin kelurahan yang katanya terbaik itu misalnya, dipindahkan ke lurah yang dianggap baik-baik sedikit, dan sebaliknya kelurahan kurang baik itu sekali lagi misalnya dipindahkan kelurahan yang memang tak banyak sampahnya, atau tak banyak penyakitnya, dapatkah kelurahan itu sama menjadi baik?

Kenapa Harus Inul?
Mungkin rakyat Indonesia para pemirsa televisi, khususnya yang doyan dangdut tak ketinggalan penduduk jagat merasa tak asing lagi dengan “hamba Allah” yang bernama Ainul Rokhimah yang akrabnya dipanggil Mbak “INUL DARATISTA”. Di tengah-tengah kusut masainya percaturan berpolitik di tanah air, di tengah kondisi paceklik (kebuluran), krisis multi dimensi serta penyakit-penyakit sosial sangat akut lemeluhi SARS, semua seolah tenggelam di telan “sosok” inul yang goyang ngebornya seolah sakti mandraguna. Tak peduli tukang bakso, pejabat kiyay, bung haji dan artis lokal dan seterusnya, semua seolah tak berhenti menyoroti beliau. Kenapa harus Inul? Kenapa tidak pengungsi aceh, kenapa tidak anak-anak putus sekolah? Kenapa tidak anak-anak yatim? Kenapa inul tidak berhenti goyang ngebornya misalnya, lantas ia memakai jilbab (tudung) ke mana-mana, entah itu saat manggung, ke studio dan sebagainya, toh ternyata dia tetap ngetop. Namanya tetap berkibar. Ia tetap rendah hati, tawaddlhu tetap tertinggi honornya sampai kemudian ia mau naik haji. Lantas apakah orang-oarng akan berhenti membicarakannya?

Kenapa Harus Muhammad?
Apa yang haruis dikatakan oleh umat Islam bila ada orang usil semisal orientalis, komunis, kapitalis dan is-is lainnya mempertanyakan kenapa harus Muhammad SAW yang diangkat atau dipilih Allah, Rasul dan KekasihNya, padahal beliau itu “Ummy” yatim piatu; sementara di kota Mekkah ada Umar Bin Khattab, si Singa Gurun Pasir, ada Abu Jahal bin Hisyam, Singa Podium, ada Ahli Kitab yang hafal kitab Suci, ada rahib-rahib dan ada saja alasan untuk tidak mengatakan mengapa harus Muhammad?

Inilah bentuk pertanyaan yang mebuka pintu kesombongan dan kedengkian sehingga banyak tokoh-tokoh politik, pemuka-pemuka masyarakat Arab yang sulit menerima kebenaran Islam. Mereka merasa berat, kenapa tidak Abu Jahal, Umar atau yang lain semisal pemimpin mereka yang menjadi Nabi? Oleh karena itu banyak pengibaratan yang dapat dijadikan sumber kebijaksanaan untuk dapat dirangkai dengan kata “Kenapa”. Kenapa harus Timor Timur (Timtim) yang merdeka, kenapa tidak Aceh, Irian Jaya; atau DKI Jakarta? Kenapa harus negara Muslim yang jadi sasaran keganasan para negara agresor? Kenapa tidak negara-negara Eropa atau Amerika Latin? Dengan menemukan jawaban dari pertanyaan “kenapa harus…”, Moga kan menjadikan kita lebih bijaksana.

No comments:

Post a Comment