Thursday 21 May 2009

Idul Fitri, apa lebaran?

Entah siapa yang menukang-nukangi istilah-istilah Islam yang ada di segala aspek di tengah-tengah bangsa kita ini, sehingga ada saja istilah-istilah Islam yang hilang dan sudah tak dikenal lagi, bahkan dari tahun ke tahun semakin asing bagi umatnya sendiri. Memang tak ada gunaya bila langsung dituding, “Lha ini pasti kerjaan musuh –musuh, musuh-musuh Allah dan rasulNya dengan cara westerniasi. Mereka tidak suka bila bahasa dunia Islam (Arab) dikenal. Pasti ini ulah mereka”, tetapi mana orangnya tak pernah tahu. Nanti dikira kita kerjanya menuding saja tanpa bukti.

Kalau dulu, di dunia pendidikan orang-orang tua kita masih tahu betul apa itu ilmu hayat, aljabar, ilmu hisab. Sekarang diganti istilah biologi dan matematik dan geometri. Mungkin kalau agak diinggris-inggriskan kedengarannya lebih keren, modern dan tren ketimbang diarab-arabkan. Tapi tak apa-apa, tak perlu marah. Soalnya, artinya masih itu-itu juga, kalaupun tidak sama, pokoknya maknanya masih ada menyenggol sedikit-sedikit. Sama hal istilah Hari Raya Idul Fitri. Entah siapa punya kerjaan menggantinya dengan istilah Lebaran yang sama sekali tidak punya alasan jelas. Anehnya begitu banyak orang Islam di sini kok manut, nrimo begitu saja. Padahal perubahan istilah ini sangat mempengaruhi bentuk, sifat dan pelaksanaan peristiwa Syawal itu. Contohnya, ada yang mengundang acara makan-makan di rumah saudari Zahara (minjam nama dulu!). Pada hari yang sama, teman Zahara pun membenarkan kalau Zahara mau nraktir teman-temannya makan di rumah yang sama pada jam sama pula. Semua yang diundang pada berdatangan. Rupanya, tiba-tiba nama acaranya –tak tahu entah kenapa- dirubah; atau memang si penyampai undangan kurang memahami hakikat, essensi acara itu apa. Kata Zahara, sebenarnya acara itu acara niat sedekah, soalnya dia ada kaul, niatan pengen ngasih makan teman-temannya. Menu makanannya sama, tertib acaranya sama, cuma nama acaranya saja yang diganti.

Diyakini, perubahan istilah itu pasti besar pengaruhnya dalam mengubah jalannya acara. Kalau istilahnya nraktir makan, sepertinya acara itu bakalan seru dan cendrung hura-hura. Kalau istilahnya acara makan-makan barangkali lebih mengesankan apa adanya, tidak formal dan menunjukkan suasana keakraban. Coba kalau acara sedekah, Wahayoo?!! Kita bisa bayangkan bagaimana undangan-undangan yang salah niat tadi bakalan mengikuti acara itu, bisa ditebak apa kata mereka. “Apa nggak salah, nih”, kata yang satu. “Tumben nih, Rah”, kata yang lain.

Kalau digunakan dan dipopulerkan istilah Idul Fitri. Orang setidaknya mencaritahu istilah yang berarti kembali kepada fitrah, kembali suci, kembali murni itu. Apakah di zaman gila ini orang sudah malu kepada kesucian, kemurnian dan fitrah sehingga meskipun sebenarnya tidak enak didengar, kata lebaran yang tak jelas entah apanya yang “lebar” tetap digunakan. Tentu sangat menyedihkan bila ada yang kebingungan bila dikatakan, “Kita sebentar lagi memasuki hari raya idul fitri”. Lantas yang bingung bertanya, “Idul fitri itu apa?”. Lalu dijawab, “Idul Fitri itu ya lebaran!” dan terakhir ia manggut-manggut, “Oo, lebaran. Bilang dong dari tadi”.

Akhirnya, bagi kita yang ingin mencintai Islam, jangan dilupakan bahwa keislaman kita didukung oleh hal-hal yang kelihatannya sepele tadi. Singkatnya, orang yang mencintai Islam akan cinta produk-produk Islam, agar mereka tak terjajah secara ekonomi. Orang Islam akan cinta dan menjaga Istilah-istilah Islam yang sampai hilang dari masyarakat. Peninggalan dan berbagai bukti sejarah peradaban Islam, agar sejarah Islam tidak diputarbalikkan dan lain sebagainya.
Itulah sebabnya soal robah-merobah istilah, walaupun perbuatannya kelihatannya sepele, tetapi bagi Allah sangat besar maknanya sehingga memberikan hukuman yang berat kepada orang-orang Yahudi di masa Nabi Musa AS dulu, mereka diperintah Allah menggunakan istilah “Hitthoh” tetapi diplesetkan mereka menjadi istilah “Bitthoh”.

Firman Allah QS. 2 (al-Baqarah: 60-61). “Dan ingatlah ketika kami mengatakan: Masuklah kamu ke pemukiman dan makan apa yang ada di sana sekira-kira yang kamu inginkan dan katakanlah: Hittah, Kami pasti kan ampuni kesalahan-kesalahan kamu sekalian. Dan kami pasti akan membalas orang-orang yang berbuat kebaikan (ambil peduli). “Maka orang-orang zalim yang ada di antara mereka mengganti istilah yang bukan istilah yang diucapkan kepada mereka. Maka Kami turunkan terhadap orang-orang zalim itu, kutukan dari langit disebabkan hal-hal yang mereka fasiq (menganggap remeh) padanya.

No comments:

Post a Comment