Thursday 21 May 2009

Sholat Hakiki, Tegakkan Islam atau AMNM

Oleh : Jufri Bulian Ababil

Mukaddimah

Tahun 2004 adalah tahun fitnah bagi Indonesia, sesuai jatuh tahunnya bersamaan dengan nomor surat al-Qur'an ke 104, disebut surat al-Lumazah yang berarti pengumpat lagi pencela. Pada surat ini antara lain dikemukakan Allah QS. 104: 1-2, "Celakalah bagi pengumpat lagi pencela. Yang mengumpulkan hartanya lagi menghitung-hitungnya". Ayat ini jelas mengungkap, orang yang suka melakukan pembusukan, menjelek-jelekkan orang lain, menceritakan aib orang di depan publik, memfitnah, mengumpat, mencela, membuat manuver akan mengalami nasib celaka, dapat malapetaka, dan bakal ketiban sial. Tahun ini juga terjadi ketimpangan sosial yang cukup kontras karena di satu sisi kaum elit dan bandit-bandit besar menumpuk-numpuk harta, sementara banyak rakyat yang kelaparan.

Kalau ditanya, "Lho, kok berani-beraninya Bang Jufri menghubung-hubungkan Nomor surat al-Qur'an dengan tipe tahun? Kenapa harus di Indonesia? Apa alasannya?". Hal itu bisa terjawab karena memang seluruh Nomor Surat ada maknanya dengan tahun. Itulah salah satu mukjizat al-Qur'an. Nanti ada tulisan khusus soal ini.

Misalnya, tahun 1999, jatuh pada surat 99 (al-Zalzalah) berarti kegoncangan. Dan memang saat itu terjadi berbagai kegocangan di segala bidang, khususnya di Indonesia. Demikian pula pada tahun 2000, jatuh pada surat 100, (al-Adiyat) kuda perang yang meringkih dengan keras, di mana sepanjang tahun ini terjadi mobilisasi rakyat besar-besaran di negara kita oleh para aktifis sosial, sehingga proses demokratisasi sangat dominan di tahun ini. Begitu pula tahun 2001 bertepatan dengan surat 101 (al-Qari'ah), artinya mengetok dengan keras. Maksudnya pada tahun ini banyak peristiwa-peristiwa hukum terjadi karena dipaksakan, banyak keputusan yang keras lahir akibat krisis kepemimpinan; sampai pada tahun ini juga, Gus Dur dilengserkeprabonkan melalui ketok palu yang keras oleh duet MPR/DPR. Tahun 2003 tergambar dalam surat 102, at-Takatsur, berarti bermegah-megahan. Maksudnya pada tahun ini Indonesia terjadi foya-foya dan penghamburan uang negara oleh segelintir orang sehingga hutang luar negeri bertambah banyak, sedangkan rakyat tidak menikmati. Tahun 2003 terkenal dengan surat 103 (al-Ashr) yang berarti bekerja keras, panen, memeras anggur di mana memang sepanjang tahun ini, banyak kemajuan-kemajuan yang dicapai Indonesia dalam bidang ekonomi dan sistem politik.

Pada tahun fitnah, 2004 ini kelihatannya Media Massa, baik cetak maupun elektronik akan banyak diuntungkan, karena berita bakalan banyak, apalagi tahun ini merupakan "era keterbukaan habis-habisan". Pejabat saling buka borok, pejudi politik saling buka kartu, pengkhianat bangsa saling tikam dari belakang, tukang-tukang olah saling gergaji dari bawah dan sebagainya. Pertanyaannya adalah, apa peran umat Islam di tengah-tengah zaman fitnah, yang dikatakan oleh Joyoboyo dengan "Goro-goro" itu? Apa seharusnya dilakukan umat Islam dalam rangka menyelamatkan agamanya, dirinya dan bangsanya? Inilah pertanyaan yang mau dijawab oleh tulisan ini.

Umat Islam tahun 2004
Di tahun fitnah ini, umat Islam di Indonesia secara kepemimpinan terpecah menjadi sekitar 7000-7300 kelompok dengan berbagai bendera, antribut, faham, aliran dan masing-masing pecahan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongannya, bangga pada capresnya, bangga pada Islam menurut fahamnya, bangga pada sosok Allah dalam pandangannya, Islam menurut versinya, ahlus sunnah wal jama'ah menurut penafsirannya masing-masing. Itulah sebabnya amat langka bahkan bisa jadi mustahil bila 5 orang ustadz dari 5 kelompok faham bisa duduk bersama dalam satu majelis menjawab satu masalah, atau parpol berlabel Islam melakukan koalisi. Mungkin bisa kiamat bila mereka melebur menjadi satu kekuatan.

Hiruk-pikuk hukum, hingar-bingar soal politik dan bengisnya kriminalitas sangat mewarnai tahun ini. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, sebagian umat Islam ikut berjibaku dan larut ke dalam konflik sementara lainnya "moh". Sehingga sebenarnya sekilas memang seolah-olah umat Islam terpecah sampai beribu bagian. Namun sebenarnya, hanya terbagi menjadi 2 kelompok besar saja, golongan pertama yang inggih politik dan golongan kedua yang "moh" tadi.

Umat Islam yang ikut terlibat terlalu jauh dalam percaturan politik cukup banyak. Sebenarnya mereka berijtihad bahwa, nasib bangsa dan negara ini perlu diperbaiki dan hal ini sah-sah saja. Namun, sayangnya mereka menggunakan cara yang tidak baik atau ingin memperbaiki sebuah sistem yang sudah sangat sulit untuk diperbaiki. Kalau diumpamakan batu-batu permata yang indah, mereka telah memasukkan diri ke dalam tong sampah sehingga tetap dipukulratakan, sama-sama sampah. Atau diumpamakan orang yang ingin membersihkan sesuatu yang kotor dengan menggunakan air comberan. Ini golongan pertama.

Sementara segolongan umat Islam dan umat lain, golongan kedua meyakini, bahwa kondisi ini merupakan kamuflase semata, fatamorgana atau sandiwara saja. Golongan ini meyakini, mereka yang teriak-teriak soal politik dan kekuasaan sebenarnya hanya calon korban sebuah kepentingan global. Politik yang sebenarnya justeru berada di tangan segelintir orang, tim thank, sekelumit aktor dibalik layar dan sejumlah manusia superman yang bergerak seperti hantu, bak dalang bagi wayangnya, bak sutradara bagi setting filmnya.

Mereka yang termasuk golongan kedua ini sadar bahwa tahun 2004, adalah masa terjadinya revolusi sosial yang melelahkan. Perang sebenarnya antara keadilan dan penindasan belum dimulai. Siapa yang membuang terlalu banyak amunisi akan kalah dan terhina. Perang sebenarnya adalah perang melawan nafsu untuk berkuasa dan hidup berlebih-lebihan. Bagi golongan kedua yang memingit diri (ekslusif) ini terdiri dari kalangan ulama, pendeta, diplomat, tentara rakyat biasa ini memiliki tiga prinsip: yakni Solidaritas, Kesejahteraan dan Kebenaran.

Ketiga hal ini merupakan satu paket penyelamatan bangsa tanpa harus menceburkan diri ke dalam fitnah dan huru-hara. Dan ketiga hal ini pulalah disebut Sholat, menegakkan Islam dan Amar Makruf Nahi Mungkar (AMNM) yang merupakan satu pakt yang memiliki hakikat yang sama.

Hakikat Sholat
Secara definitif sholat berarti do'a, yakni sebuah kegiatan ritualitas yang dikenal luas dalam kalangan umat Islam ibadah khusus yang dimulai, takbir dan diakhiri salam dengan syarat-syarat dan rukun rukun tertentu.
Firman Allah:"Datangkanlah apa yang diwahyukan dari (sebagian) al-Kitab dan tegakkanlah sholat. Sesungguhnya sholat adalah mencegah perbuatan keji dan mungkar (nahi Mungkar)". QS. 29 (al-Ankabut).

Sabda Rasul SAW: "Sholat itu tiang agama (Islam). Siapa yang menegakkannya, maka dia menegakkan Islam. Siapa yang meninggalkannya berarti menghancurkan agama (Islam)", Hadits Bukhari.

Dalam syariatnya, sholat sebaiknya dilakukan dengan berjamaah karena 27 kali lebih bernilai 27 kali lipat dibanding sholat sendiri. Bahkan, di masa rasul, orang yang meninggalkan sholat berjamaah karena sengaja diancam bakar rumahnya. Sholat berjamaah diperintahkan agar terbangun solidaritas umat. Karena dengan berjamaah, umat Islam akan terkordinir, termenej dan terkomando dengan baik dalam sebuah kepemimpinan. Sholat berjamaah berarti membangun barisan (shaff) yang kokoh, teratur dan terorganisir.

Dalam berjamah kendali komando dipegang oleh satu imam. Belum pernah kita dengar ada sholat berjamaah berimam dua orang. Atau ada imam yang mengomandoi untuk rukuk, terus makmumnya justru sujud. Tidak demikian tentunya. Begitu seragam dan padunya gerakan yang diajarkan dalam sholat itu.

Jadi, hakikinya sholat adalah menyusun barisan yang berlapis-lapis, setia kepada dan patuh kepada imam umat Islam. Dengan rapatnya barisan, musuh (setan dan provokator) tidak akan bisa masuk ke dalam barisan umat Islam. Dengan demikian umat Islam tidak akan bisa dibisik-bisiki, diiming-iming-imingi uang dan kekuasaan.

Dari hakikat sholat ini sebenarnya dapat diperoleh beberapa rumusan gerakan yang cukup sederhana. Mereka yang mau menegakkan Islam adalah mereka yang mau menggalang persatuan dengan merapatkan barisan umat Islam. Sebaliknya bagi yang demi kepentingan pribadinya dan kelompoknya meninggalkan persatuan umat Islam berarti mereka inilah penghancur Islam yang sebenar-benarnya.

Mereka yang mengatakan yang benar itu benar dan salah itu salahlah orang-orang yang menegakkan sholat. Sebaliknya, mereka yang suka merekayasa dan memutarbalikkan hukum-hukum Allah adalah orang-orang kafir yang menggunakan kedok cendikiawan atau tokoh Islam. Bahayanya, orang-orang yang seperti "keledai dungu" diperalat musuh-musuh Islam secara global ini tanpa mereka sadari. Sedangkan pengikut-pengikutnya pun tidak sadar dengan kebodohan mereka. Masya Allah.

Kiat Kemenangan
Untuk memenangkan umat Islam di tengah-tengah hiruk pikuk perebutan kue kekuasaan, hingar bingar soal politik busuk, perlu dibangun proses kesadaran agar tidak terlibat ke dalam pertarungan semu demi kepentingan elit kekuasaan. Sebaliknya, yang perlu dibangun adalah komitmen, semangat dan budaya Hijrah. Konsekwensinya, kita harus meninggalkan segala bentuk keterlibatan dalam hal busuk membusukkan dan jegal menjegal. Bangun barisan dan semangat baru dari hati-ke hati untuk duduk bersama di ruang ring, di balik layar untuk menggiring umat Islam untuk membangun kebersamaan bersama umat-umat lain. Bagi yang mau jadikan saudara, bagi yang tidak mau jangan dimusuhi tetapi cukup tinggalkan.
Inilah kiat kemenangan sesuai dengan firman Allah di tiga letak surat berbeda bermuatan sama QS. Al-Bara'ah (9): 33, As-Shaff (61):8 dan Al-Fath (48): 28. "Dialah Allah Yang mengutus rasul-Nya dengan Agama yang Hakiki, supaya rasul itu (bersama pengikutnya) memenangkan agama itu kepada seluruh agama yang ada walaupun orang-orang musyrik/kafir membenci/cukuplah Allah selaku saksi".

Bara'ah berarti berlepas diri dari orang musyrik, putus hubungan dengan yang batil, tidak mau terlibat kedalam konflik dan kembali/taubat kepada Allah); As-Shaff artinya membangun barisan yang rapi dan kokoh; al-Fath artinya meraih kemenangan, menaklukkan musuh dan membuka komunitas yang teratur atau membuka daerah baru tanpa fitnah.

No comments:

Post a Comment